Banjir Dan Macet, Warisan Untuk Jakarta


[PORTAL-ISLAM.ID]  Zaman Badja, ada 50-70 titik banjir. Ketinggian air rata-rata 80 cm. Ini zaman terparah soal banjir. Tetap disebut "genangan" oleh media-media mainstream.

Di kurun Sutiyoso, banjir besar pecah setiap 3-4 tahunan. Rumah-rumah di Tanjung Duren, Rawa Buaya dll karam hingga atap.

Di kurun Badja, Jakarta kering. Nggak banjir. Tapi cuma di internet. Di alam nyata, hujan sebentar, genangan air di mana-mana.

Definisi banjirnya diubah. Air setinggi leher orang pandai balig cukup akal disebut "genangan". Ternyata, "banjir" cuma hilang dalam kosa kata saja.

Gandaria City jadi banjir sesudah mall dibangun. Di kurun Ahok, Istana dan Balai Kota turut tergenang.

Atap Bioskop Planet Hollywood jebol. Air menyeruak masuk. Anies-Sandi disalahin. Laah, kok jadi salah Anies-Sandi. Otak Ahokers memang error.

Macet diperparah dengan operasi driver online. Providernya terapkan bonus di jam-jam sibuk. Otomatis, motor dan kendaraan beroda empat online seliweran di zona-zona bisnis.

Semua fenomena ini bersifat natural sosiologis. Program biopori dan pembatasan ojek online mungkin dapat kurangi problem.

Kemarin Gubernur Anies Baswedan turun ke lokasi-lokasi genangan air. Dukuh Bawah sudah disedot. Ada 4 unit pompa rusak. Pegawai Pemerintah Daerah loyalis Ahok dituding netizen lalai urus pompa. Mereka minta Bang Anies bersihkan unsur-unsur Ahokers dari badan SKPD dan ASN DKI Jakarta.

"MUTASI mereka ke Pulau Seribu," teriak banyak status. Ada yang bilang, kirim mereka ke Afrika.

Banjir di kurun Anies-Sandi memang beda. Benar; terasa santun. Nggak ada lagi gubernur yang cari kambing hitam. Nggak ada lagi caci-maki salahkan LBH dan LSM.

Sampai lewat pukul 10 malam, Bang Anies masih di area banjir Jatipadang. Genangan airnya sepaha. Dia datangi rumah-rumah warga. Inspeksi pribadi pompa air dan tanggul yang jebol.

Setiap hari ia kerja sampe larut malam. Pagi sebelum pukul 7 sudah ada lagi di Balai Kota. Setiap hari begitu. Nggak ada liburnya.

Pagi ini, 12 Desember 2017, dikala aku berdiri tidur, Jakarta sudah kering. Kicau burung terdengar. Dedaunan menghijau. Segar. Normal. Kembali ibarat biasa. Banjir sudah diatasi dengan cepat.

Penulis: Zeng Wei Jian
Share Artikel: