(by Andi Nino Wirawan)*
Cerita sahabat saya seorang DOKTER..
Gay itu ada “kasta”nya...
Ada yang "dominan", biasanya yang punya uang dan lebih bau tanah secara umur, ada yang "submissif", jikalau saya perhatikan, semacam “piaraan”.
Piaraan ini berkasta juga, ada anak muda putih higienis klimis dari kalangan keluarga menengah, ada juga yang kelas sandal jepit (bukan yg harga 18 ribu ya 😔).
Perlakuan dari yg "dominan" pada "piaraan" juga berbeda sesuai KW piaraan. Yg KW ori diperlakukan sgt istimewa.
Waktu sy kerja di klinik HIV RSCM, pernah sanggup pasien mahasiswa univ swasta populer di Jakarta, yg kena meningitis kriptokokus (jamur otak).
Orang tuanya pekerja petrol, tinggal di dallas, US. Dia disini tinggal sendiri. Anaknya tampan, klimis, n kelihatan anak baik.
"Dominan"nya sering ikut mengantar jikalau kontrol. Jangan kaget ya, dominannya ini seorang AKTIVIS LSM ANTI-HIV.
Itu jikalau si pasien saya ini mengeluh sakit kepala, si mayoritas ini mengelus-elus punggung si "submissif" sambil bilang “sakit ya sayang? Yg mana yg sakit? Sabar ya sayang..” (untung sy msh setia pd sumpah hipocrates, klu sy berkhianat, si mayoritas itu mau sy suntik fentanyl 1000 cc supaya mokat).
Tapi sy pernah juga sanggup seorg mayoritas yang kena infeksi di medulla spinalis, spondilitis TB, jd lumpuh kedua kakinya tiba-tiba.
Pas dirawat, submissifnya tiba menemani. Itu dibentak2, gak ada sayang2, si submissif ini tampilannya siy kelas sandal jepit.
Manggil dominannya “abaaaang..” (jijik ya dengarnya)
Ada juga piaraan bayaran. Satu pasien sy asal jogja mengaku ia bayaran (sekarang sudah meninggal dg toksoensefalitis; infeksi di dalam otak alasannya basil tokso yg sering nempel di tubuh kucing, anjing).
Di”piara” seorg aki-aki cina utk bayaran 1000-2000 USD per bulan. Uangnya ia kirim ke jogja utk anak n istrinya 😩.
Dia ini sejatinya bukan gay. Kaprikornus semacam pelacur lelaki. Kerja sbg caddy lelaki di satu lapangan golf di tangerang.
Waktu tertangkap tangan HIV dan tokso, nangis meraung2, selama dirawat baca Qur’an terus, jikalau sy periksa, selalu terisak2 dan bilang menyesal.
Pas ketemu bininya, saya yg berkaca2. Sebab bininya wanita berhijab rapi dg dua balita yg juga berhijab.
Ada juga gay abang adik. Sejak kecil dikasih satu kamar dan satu ranjang oleh emak bapaknya. Pas gede, tau2 yg abang kena kripto.
Dicek HIV positif, ditanya pasangannya siapa, ia bilang adiknya. Pas adiknya dicek, nyata juga hiv nya. Kedua2nya sdh meninggal, dlm satu ruang rawat yg sama.
Ayahnya sampe anak2 itu dikubur pun gak pernah mau tiba nengok...
Cerita gay SEMUA TRAGIS... belum pernah saya dengar yg berakhir ibarat di kisah fairytopia... contohnya berakhir kayak Cinderella... kisah para gay berakhir dengan tokso, kripto, TB, pnemonia, kandida, dan diujungnya, mati sendirian tanpa didampingi kaum nya...
Saya gak ngerti kenapa pemerintah abai pada dilema ini...
Sejak 1997, Prof Sjamsurijal gak capek2nya mengingatkan, tapi faktanya, mereka semakin banyak...
__
*sumber: dari fb