Dr. Moeflich Hasbullah: Berbahagia Dan Berbanggalah Penceramah Yang Ditolak, Berarti Anda Berpengaruh


Oleh: DR. Moeflich Hasbullah
(Pakar Sejarah Islam, Dosen UIN Sunan Gunung Djati)

Kepada Ust. Felix Siauw, Ust. Abdul Somad, Gus Nur dan siapa saja ulama/penceramah yang pernah atau sering ceramah-ceramahnya ditolak, dilarang, dicekal dan dibubarkan, berbangga dan bahagialah. Kenapa?

Karena Anda langsung yang berpengaruh, alasannya Anda diperhitungkan, alasannya Anda bukan orang biasa atau orang kebanyakan, alasannya Anda ditakuti walaupun tanpa bermaksud menakut-nakuti. Yang merasa takut itu yaitu kesalahan. Tidak ada orang takut alasannya benar. Rasa takut itu lahir dari kesalahan-kesalahan, sadar atau tidak sadar.

Ceramah yang biasa-biasa saja, yang tidak berpengaruh, yang tidak menyadarkan, tentu tidak akan ditolak, dihentikan dan dicekal alasannya "mengamankan, menenangkan dan tidak menyadarkan atas kesalahan-kesalahan".

Ingatlah, penolakan, pelarangan, pencekalan atau pembubaran atas penyampaian anutan Allah bukan barang baru. Dakwah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Muhammad SAW penuh dengan penolakan, boikot dan perlawanan. Mengapa? Karena "mengganggu", alasannya begitulah anutan dan dakwah yang berpengaruh. Menyampaikan kebenaran niscaya akan ada tantangan, ada yang terganggu, ada yang tak suka dan ada yang memusuhi. Kenapa Islam selalu dimusuhi? Karena anutan kebenaran. Ajaran yang benar selalu akan ada musuh-musuhnya yang tak suka dan memusuhi yaitu ajaran, kelompok dan kaum yang salah alias batil

Penolakan, pelarangan, pencekalan atau pembubaran atas pengajian yang memberikan anutan agama apa adanya di alam demokrasi ini, yang kebenaran ceramah itu sifatnya pun relatif, persepsional dan dapat dipeerdebatkan, apapun alasannya yaitu sebuah bentuk kekalahan. Kekalahan pihak-pihak yang menolak, yang melarang, yang mencekal atau membubarkan.

Ditolak dan dihentikan itu ibarat sebuah kekalahan padahal sejatinya yaitu kemenangan. Kalah itu di lahirnya, di syariatnya, di asesorisnya, tapi di substansinya, di esensinya, di ruhnya, ia menang. Maka, murung dan kecewa atas penolakan dan pelarangan dakwah yaitu perilaku yang salah seharusnya besar hati dan bersyukur. Sikap merintih, memelas dan meronta, bertanya meminta keadilan dari sebagian kalangan Islam yaitu perilaku lemah dan melemahkan diri. Yang benar yaitu bangga, bersyukur dan percaya diri berarti dakwahnya kena sasaran.

Dakwah itu memberikan kebenaran maka tidak membahayakan masyarakat atau negara, ibarat halnya perjudian, pembunuhan, prostitusi, narkoba dan penyakit-penyakit masyarakat lainnya, maka penolakan, pelarangan, pencekalan atau pembubaran atas dakwah di alam demokrasi ini tentu saja sebuah ironi, paradoks atau inkonsistensi. Tapi tidak perlu berkecil hati apalagi sakit hati alasannya begitulah ciri dakwah yang benar yaitu banyak musuhnya.

Dunia ini tempatnya salah dan dipenuhi dengan kejahatan, maka dakwah yang benar niscaya akan banyak musuhnya, yaitu kesalahan dan kejahatan. Kalau dakwah disukai semua orang dan semua kalangan, niscaya itu bukan dakwah tapi dagelan atau hiburan.[]
Share Artikel: