Hebat! Joko Widodo Berhasil Menipu Pbnu
[PORTAL-ISLAM.ID] Reshuffle telah mengambil dua posisi strategik politik PBNU, akan mengubah politik PBNU. Reshuffle itu yang terakhir di kekuasaan Presiden Jokowi yang berakhir 2009.
Tak ada lagi camilan anggun kekuasaan ke depan. Kalau kamu tak kebagian di reshuffle itu, ya tak kebagian.
Tadinya, salah satu personil Wantimpres ialah KH Hasyim Muzadi. Pada rezim SBY, bangku ini ditempati KH Makruf Amin yang sekarang Rois Aam PBNU. Beberapa bulan lalu, Mbah Hasyim mangkat, bangku itu kosong. Maka PBNU mengajukan KH Achmad Bagja untuk menggantikan Mbah Hasyim. Sudah di-acc oleh Presiden Jokowi, sudah fixed, tapi nama Achmad Bagja raib. Saya lihat di-replace dengan Agum Gumelar. Itu satu.
Kedua, Ketum Muslimat NU yang menjabat Mensos, Khofifah Indar Parawansa dan jadi Cagub Jatim, diganti Idrus Markham. Sekalipun Khofifah naik sebab ia Timses Pilpres Jokowi, namun ia ialah struktur Banom PBNU. Ketika digantikan Idrus Markham yang pernah jadi pengurus IPNU dan PMII, tapi jauh beda. Idrus tak mempunyai relasi apapun dengan PBNU, melainkan dengan Golkar. Pertukaran Khofifah dengan Idrus bagi PBNU ialah menukar marmut dengan tikus.
Posisi politik Wantimpres sangat penting bagi PBNU. Saya ialah anggota Pansus RUU DPP (Dewan Pertimbangan Presiden) tahun 2004. UU DPP kemudian lebih terkenal dengan nama Wantimpres yang pada Orde Baru ialah Dewan Pertimbangan Agung (DPA).
Ini ialah tubuh administrator garis ke samping, yang memperlihatkan masukan kepada presiden. DPP ialah tubuh yang menampung duduk kasus strategis masyarakat yang disampaikan eksklusif kepada presiden. Itu memastikan bahwa duduk kasus masyarakat beroleh penanganan eksklusif dari Kepala Negara maupun Kepala Pemerintahan.
Penipu
Itu reasonnya, betapa PBNU merasa ditipu dan dimalingi dikala ia digusur dari DPP. PBNU kalah dengan Jan Darmadi yang mewakili komunitas gambler. Sudah pesong. Keniscayaannya ke depan, PBNU mereposisi dirinya terhadap rezim Jokowi.
Pertama, kepentingan strategis PBNU tak bisa dilindungi oleh Presiden Jokowi.
Kedua, janji PBNU dengan Presiden Jokowi wanprestasi yang mestinya take and give, minimal tidak ditipu menyerupai itu. Selama ini PBNU telah bersedia menjadi bemper dikala Jokowi diserang 17 ormas Islam, baik di 411 maupun 212, sehingga PBNU dimusuhi. Jokowi membalas susu dengan tuba.
Ketiga, dengan digusurnya PBNU dari Wantimpres untuk mewakili dan memberikan aspirasi 92 juta umat nahdliyin, memperlihatkan PBNU di rezim Jokowi hanya pemanis penderita yang sebelumnya penafsir dan penyampai wahyu rakyat.
Keempat, PBNU dilecehkan. Rois Aam dan Ketum PBNU hanya disuruh menjaga Pancasila versi Rezim Jokowi, disuruh langgar dengan 17 Ormas Islam, dikandangin di UKP PIP yang derajatnya hanya unit di pemerintahan. Itu pelecehan luar biasa!
Penulis: Djoko Edhi SA , Anggota Komisi III dewan perwakilan rakyat 2004 - 2009; Wasek Lembaga Penyuluhan Bantuan Hukum Nahdlatul Ulama, PBNU
Sumber: RMOL