@import url('https://fonts.googleapis.com/css2?family=EB+Garamond:ital,wght@0,400..800;1,400..800&display=swap'); body { font-family: "EB Garamond", serif; }

Jebret! Tka Banjiri Indonesia, Koordinator Pwyp Sentil Pemerintah: Utamakan Tenaga Kerja Lokal, Dong!


[PORTAL-ISLAM.ID]  Pemerintah harus mewas­padai semakin ekspansifnya perusahaan-perusahaan asal Tiongkok. Terutama, perluasan pada investasi di sektor hilirisasi mineral dan mengekspor hasil pengolahan dan pemurnian tersebut untuk kebutuhan in­dustri di negaranya. Sementara kebutuhan materi baku industri hilir di dalam negeri ketika ini mengalami kesulitan pengem­bangan perjuangan alasannya ialah harus mengimpor dari negara lain.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong baru-ba­ru ini menyatakan, investasi Tiongkok di Indonesia ketika ini besar sekali porsinya di smelter. Indonesia dinilai telah mengkonversi materi baku ko­moditas mentah yang nilainya rendah jadi komponen yang bernilai tinggi dan diekspor.

"Sebelumnya Indonesia mengekspor nikel mentah, kini jadi ekspor stainless steel bahkan berkat investasi Tiongkok, Indonesia sudah men­jadi tiga besar dunia eksportir stainless steel," katanya.
Thomas menambahkan, in­vestor Tiongkok juga terus berinvestasi untuk hilirisasi sep­erti carbon steel atau baja ekstra keras untuk mesin dan motor.

Koordinator Nasional Publish What You Pay (PWYP), Maryati Abdullah mengatakan, pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam sejatinya di­optimalkan untuk kepentingan nasional. 

Dalam hal smelter, porsi nilai tambah yang paling be­sar baik dari sisi investasi, pendapatan, produk peruntuk­kan, maupun terkait perlua­san lapangan kerja harusnya memprioritaskan kepentingan dalam negeri.

"Kami minta pemerintah tidak semata mendapatkan in­vestasi dari luar negeri yang hanya menguntungkan industri negara lain, sementara industri dalam negeri mati suri. Kita juga harus punya seni administrasi in­dustrialisasi penopang ketah­anan ekonomi nasional. Porsi investasi sanggup naik, nilai ek­spor sanggup tinggi, tapi itu harus ditempatkan dalam kerangka menumbuhkan industri dalam negeri," tegas Maryati.