[PORTAL-ISLAM.ID] It’s my war, kata Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ketika menanggapi penyebutan namanya di dalam sidang skandal korupsi proyek pengadaan e-KTP yang dimulai semasa kepresidenan beliau. Pasalnya, di dalam sidang Tipikor pada 25 Januari 2018 dengan terdakwa Setya Novanto (Setnov), saksi Mirwan Amir (MA), mantan politisi Partai Demokrat (PD), menyampaikan bahwa dia pernah memberikan kepada SBY biar proyek e-KTP dilarang alasannya yaitu bermasalah. Namun, berdasarkan Mirwan, SBY malah menginstruksikan supaya dilanjutkan.
Pengacara Setnov, Firman Wijaya, menganggap isyarat SBY itu yaitu bentuk intervensi. Dalam bahasa yang tak langsung, Firman menyampaikan bahwa fakta persidangan memberikan siapa pemain film besar di balik proyek e-KTP. Firman menyampaikan berdasarkan keterangan Mirwan, proyek e-KTP dikuasai oleh pemenang pemilu 2009, yakni Partai Demokrat (PD) dan SBY.
Ini semua menciptakan SBY naik pitam. Beliau melaporkan Firman ke Bareskrim Polri, Selasa,!!! 6 Februari 2018. Dalam klarifikasi kepada pers, SBY menegaskan dia akan berjihad untuk mendapat keadilan. Untuk membersihkan namanya dari skandal e-KTP sebagaimana dibeberkan Firman di sidang pengadilan.
Yang sangat menarik dan harus diungkap ke publik yaitu sinyalemen SBY bahwa sebelum kesaksian Mirwan, ada pertemuan “orang-orang tertentu” yang, berdasarkan SBY, bertujuan untuk memburuk-burukkan nama presiden ke-6 itu. SBY yakin pertemuan orang-orang penting itu bertujuan untuk menghancurkan lawan politik, dalam hal ini dinasti SBY yang meliputi Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Dalam konteks perpolitikan ketika ini, “orang-orang penting” itu sangatlah masuk logika untuk disebut sebagai orang-orang yang berada di bulat kekuasaan.
Pertanyaan pertama, mungkinkah ada konspirasi untuk merusak nama baik SBY dan keluarganya? Sangat mungkin. Sebab, dinasti SBY sangat berpotensi untuk “membajak” pilpres 2019. AHY bakal menjadi salah seorang kandidat serius yang akan diperhitungkan di pilpres nanti. Sebagaimana sudah dipahami, Presiden Joko Widodo niscaya akan diperjuangkan mati-matian untuk terpilih kembali tahun depan.
Pak SBY mengatakan, pada saatnya dia akan membeberkan kepada masyarakat secara terang-benderang ihwal persekutuan orang-orang besar dan berduit untuk merusak nama baik dia dan beserta dinasti. Mantan presiden dua periode ini menyampaikan dia punya sumber isu yang sangat akurat ihwal konspirasi itu. Menurut SBY, negara akan geger kalau persekutuan itu dibuka.
Tetapi, beranikah SBY? Tidak ada alasan untuk takut. Beliau mengaku sudah mempunyai isu yang lengkap. Klaim isu ini sangat masuk akal. Sebab, sebagai mantan jenderal dan mantan presiden, pastilah SBY mempunyai loyalis yang masih aktif di banyak posisi penting institusi militer dan tubuh intelijen. Jadi, sangat mungkin sekali bagi SBY untuk membongkar konspirasi yang bakal mengguncang negara itu.
Kalau SBY tidak mengungkapnya kepada masyarakat, berarti dia hanya melontarkan gertak kosong belaka. Yaitu, gertakan yang bertujuan untuk mendapat laba politik. Misalnya, dengan gertakan itu SBY dapat menaikkan daya tawar anak beliau, AHY, sebagai cawapres. Selama ini memang sudah beredar wacana atau cita-cita ihwal kombinasi capres-cawapres untuk pilpres 2019. Nama AHY termasuk yang sudah diambangkan sebagai cawapres Jokowi.
Gertakan SBY itu dapat juga sebagai “serang duluan” (pre-emptive strike) ke arah penguasa yang mungkin berstrategi untuk merusak nama dinasti SBY. Bisa jadi isu berpengaruh yang dipegang SBY sangat seram pihak yang berkuasa. Sehingga, ada kemungkinan SBY akan ditawarkan “solusi damai”, antara lain penunjukan AHY sebagai cawapres Jokowi.
Tetapi, masyarakat tidak akan rela SBY menyembunyikan konpirasi besar itu. Rakyat akan menuntut kesepakatan beliau. Sebab, SBY telah memakai istilah “menggegerkan negara” kalau konspirasi itu dibongkar. Tentu ini tidak main-main. Sebab, isu itu yaitu ihwal bagaimana penguasa mengelola negara ini.
Kalau benar apa yang disebut SBY, tentu konspirasi yang dilakukan oleh orang-orang tertentu itu telah mencemari proses demokrasi. Jelas-jelas ada kejahatan politik yang tak pantas terjadi di Indonesia. Dengan demikian, isu yang dipegang SBY berhak diketahui oleh publik. Tidak boleh dipeti-eskan.
SBY akan dicap berkhianat kalau tidak membeberkan konspirasi jahat yang dilakukan oleh orang-orang yang disebutnya mempunyai kuasa politik dan kuasa duit. SBY memikul tanggung jawab moral untuk menjelaskan itu kepada rakyat ihwal langkah-langkah jahat yang dilakukan penguasa.
Kalau SBY tidak mengungkapkan konspirasi itu dengan alasan apa pun, maka konsekuensinya akan berat. Rakyat tidak percaya atau semakin tak percaya kepada ucapan SBY. Dan ini dapat berakibat fatal terhadap karir politik AHY. Rakyat akan menyimpan kesan bahwa dinasti SBY tidak jujur.
Kita berharap biar Pak SBY tidak cuma menggertak dengan bahaya “It’s my war” (Ini jihad saya). Melainkan kita tunggu tanggal mainnya. Everyone is waiting to watch your war, Sir. Semua orang menantikan jihad Anda, Pak.
Penulis: Asyari Usman, Jurnalis Senior
Tags:asyari usmankasus e-KTPkorupsi e-ktppartai demokratsusilo bambang yudhoyono
Previous :Djarot Tunggu Konsep Naturalisasi Sungai Ala Anies di Jakarta
Next :Hasto Terancam Terjerat Kasus Hukum