@import url('https://fonts.googleapis.com/css2?family=EB+Garamond:ital,wght@0,400..800;1,400..800&display=swap'); body { font-family: "EB Garamond", serif; }

Pilgub Jawa Tengah, Tolak Ukur Kekuatan Ril Joko Widodo Di Pilpres 2019


Oleh: M Izzul Muslimin

Dari Pilkada-Pilkada yang ketika ini sedang berlangsung, Pilkada Jawa Tengah menjadi satu-satunya Pilkada yang dapat mempresentasikan pertarungan Pilpres 2019 secara utuh mendekati sempurna. Mengapa dapat demikian?

Coba perhatikan fakta fakta berikut ini:

1. Pilkada Jateng diikuti oleh Petahana (Ganjar Pranowo) yang ditantang oleh Sudirman Said. Ganjar Pranowo diusung oleh partai-partai pendukung Pemerintahan Jokowi kecuali PKB dan PAN yang mendukung Sudirman Said. Sementara Demokrat yang dalam konstelasi nasional memposisikan diri netral, di Jateng ketika ini ikut mendukung petahana.

2. Hingga ketika ini Jateng populer sebagai ‘kandang banteng’ alasannya semenjak ada Pilkada pemilihan pribadi sudah 2 periode dipimpin Gubernur yang diusung dari PDIP. Sebelum Ganjar, Jateng dipimpin oleh Bibit Waluyo yang juga diusung oleh PDIP. Pada periode kedua Bibit Waluyo maju Pilkada tetapi tidak didukung oleh PDIP dan karenanya dikalahkan oleh Ganjar Pranowo yang diusung PDIP.

3. Berdasarkan hasil Pileg tahun 2014, di Jateng PDIP mendapat bunyi 4.295.598 dengan 18 dingklik dewan perwakilan rakyat RI, dari total dingklik 77 yang diperebutkan. Berarti PDIP menguasai 23% kursi, lebih besar dari prosentase perolehan PDIP secara nasional.

4. Dalam Pilpres 2014 di Jawa Tengah, Jokowi-JK memperoleh 12.959.540 suara. Sedangkan kompetitornya, pasangan Prabowo-Hatta hanya mendapat 6.485.720 suara, separoh dari bunyi Jokowi-JK. Jokowi-JK menang di 35 kabupaten kota se Jawa Tengah. Jokowi yaitu mantan Walikota Surakarta yang berada di Provinsi Jawa Tengah.

Dari fakta-fakta di atas sangat terang bagaimana kekuatan PDIP dan Jokowi di Jawa Tengah. Dengan demikian hasil Pilkada 2018 kali ini menjadi potret sejauh mana kekuatan Jokowi diukur dalam Pilpres 2019 nanti. Selain alasannya faktor yang dikemukakan di atas, Pilkada Jateng yang jaraknya cukup pendek dengan Pilpres dapat menjadi ukuran seberapa besar Jokowi masih didukung oleh masyarakat.

Tentu kita tidak hanya akan melihat sekedar soal siapa yang bakal kalah atau menang di Jawa Tengah, tapi kita juga dapat melihat sejauh mana gerak bunyi rakyat dalam Pilkada Jawa Tengah nanti:

1. Jika Ganjar Pranowo hingga kalah dari Sudirman Said, maka ini terang "lampu merah" bagi Jokowi untuk Pilpres nanti.

2. Jika Ganjar Pranowo hanya menang tipis atas Sudirman Said, maka ini yaitu "lampu kuning" buat Jokowi alasannya meskipun menang ada kecenderungan mulai tidak nyamannya rakyat dalam kepemimpinan PDIP yang identik dengan Ganjar maupun Jokowi.

3. Jika Ganjar menang besar di Jateng maka ini yaitu "lampu hijau" bagi Jokowi. Berarti rakyat cenderung lebih bahagia dalam kepemimpinan PDIP yang identik juga dengan Jokowi. Namun lampu hijau ini tidak dapat serta merta menciptakan Jokowi harus lega alasannya tetap akan terkait juga dengan hasil Pilkada di provinsi-provinsi lain menyerupai Jabar, Jatim, Sumut, Sumsel, Lampung, dan Sulsel yang juga menjadi lumbung bunyi untuk Pilpres 2019 nanti.

(Sumber: Kanigoro)