[PORTAL-ISLAM.ID] Taktik boleh dirancang. Strategi boleh dirumuskan sematang-matangnya. Begitu pula seluruh saluran komunikasi dapat dikuasai. Tetapi kehendak Allah Ta’ala tak dapat dicegah, tak dapat dihindari. Inilah pelajaran sangat berharga yang senantiasa perlu kita renungi.
Teringat aku akan Fir’aun. Titahnya tak terbantah, perintahnya pantang ada hela. Kekuasaannya sangat kuat, mutlak tanpa ada yang berani menyelisihinya. Semua kekuatan berpihak kepadanya. Tak perlu bersalah untuk dipersekusi olehnya. Bayi laki-laki dibunuhinya. Tanpa ampun.
.
Semua manusia di zamannya sangat memujinya atau setidaknya merasa sangat takut kepadanya, khawatir dianggap tak berpihak kepadanya. Kendali kuasa maupun akses informasi, sepenuhnya berada di tangannya. Tapi pintu kejatuhannya sangat sederhana. Bukan oleh kekerasan militer. Bukan.
Jatuhnya Fir’aun juga bukan oleh gelombang demonstrasi besar-besaran. Bukan. Sebab berbeda pendapat saja menakutkan. Tetapi Fir’aun terguling dari singgasana kekuasaannya yang seolah tanpa batas itu justru oleh emak-emak militan. Ada gerakan lembut yang penuh kekuatan.
Baca Juga
- Penanganan Banjir Jakarta di Era Anies Lebih Baik Daripada Era Sutiyoso, Foke, Jokowi, dan Ahok. INI FAKTA DAN DATANYA!
- Pentolan JIL: Jokowi Tak Serius Berantas Intoleransi dan Radikalisme, Warganet: Sudah Betul Pak Jokowi Sisakan Tema Buat Kalian Bekerja!
- Jokowi dan Prabowo Bersatu Demi Kekuasaan, Said Didu: Gak Usah Lagi Pilpres, Gak Ada Gunanya
Sampai akhirnya Musa diusir dari istana. Kelak ia kembali menemui Fir’aun, tapi Musa sudah menjadi Nabi dan Rasul. Amat besar kemarahan Fir’aun kepadanya, tetapi Musa tetap menunjukkan sikap terhormat. Tidak norak dan kasar. Bahkan berbicara kepada Fir’aun dengan qaulan layyinan.
Ketika Fir’aun dicekam ketakutan oleh gelombang kodok yang datang bertubi-tubi sehingga sangat menakutkan baginya, tak terkendali, kepada Musa ia meminta tolong. Ia meminta Musa berdo’a agar Allah Ta’ala angkat musibah itu. Padahal selama ini Fir’aun mengaku sebagai tuhan. Tetapi sesudah selamat, ia memusuhi Musa lagi. Ia kembali mempersekusi orang-orang yang beriman kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Begitu pula ketika gelombang belalang datang menyerang, lagi-lagi ia meminta bantuan Musa untuk berdoa meminta dihapuskannya bencana menakutkan itu. Tetapi sesudah musibah hilang, Fir’aun kembali mempersekusi dengan kekuasaan yang ada di tangannya.
Sangat menarik untuk berbincang tentang Fir’aun, emak-emak militan yang menjadi jalan jatuhnya kekuasaan totaliter Fir’aun serta Musa.
Penulis: M. Fauzil Adhim