[PORTAL-ISLAM.ID] Pemilu ulang kota Istanbul Turki yang digelar Ahad 23 Juni 2019 kemarin, mengokohkan kemenangan calon oposisi Ekrem İmamoğlu (54,03%) yang berasal dari partai sekuler CHP yang didirikan oleh 'Bapak Sekuler Turki' Mustafa Kemal Atatürk.
Calon yang diusung dari koalisi partai AKP (partainya Erdogan), Binali Yildirim (mantan PM Turki) akhirnya kalah.
Hasil Pemilu Istanbul ini dinilai sebagai potret masa depan politik Turki.
Kekalahan kubu Erdogan oleh partai rivalnya selama ini (CHP) dinilai sebagai sinyal bakal tenggelamnya era Erdogan yang telah berkuasa selama 15 tahun.
Erdogan berkuasa di Turki juga dimulai dari kemenangannya di Pemilu Istanbul. Erdogan menjadi Wali Kota Istanbul pada 27 Maret 1994. Lalu menjadi Perdana Menteri pada 14 Maret 2003. Dan menjadi Presiden Turki periode 2018-2023 dengan sistem baru presidensil.
Erdogan dinilai masih akan berkuasa selama dua periode sampai 2028.
Namun setelah itu, dengan kalahnya Binali Yildirim di Istanbul, maka kandidat kuat presiden Turki pasca Erdogan adalah Ekrem İmamoğlu.
Baca Juga
- Info terbaru AS sudah siapkan 6 pesawat pembom siluman B-2 untuk menargetkan fasilitas nuklir Iran
- Sarawak baru saja mengumumkan pendidikan tinggi gratis untuk semua warga Sarawak yang belajar di universitas
- Investor Korea resah, sudah terlanjur invest Triliunan Won di Indonesia kini terancam pasca UU TNI disahkan
"Akhirnya Ekrem Imamoglu menang kembali dalam pemilu ulang Istanbul atas kandidat AKP, Binali Yildirim.. Lanskap politik Turki akan mengalami perubahan besar setelah ini..," kata Anis Matta di akun twitternya, Senin (24/6/2019), mengomentari hasil pemilu Istanbul.
Akhirnya Ekrem Imamoglu menang kembali dlm pemilu ulang Istanbul atas kandidat AKP, Binali Yildirim.. Lanskap politik Turki akan mengalami perubahan besar stlh ini.. pic.twitter.com/pDXf3V5GKG— Anis Matta (@anismatta) 23 Juni 2019
AKP dinilai belum berhasil melahirkan calon pemimpin pengganti Erdogan.
Binali Yildirim yang digadang dan disiapkan mengganti Erdogan, ternyata kandas.
Masih ada waktu bagi Erdogan untuk berbenah dan mengatur ulang strategi.
Hal ini seperti disampaikan oleh Fahri Hamzah di akun twitternya berikut: