Drainase Vertikal, Rahasia DKI Berhasil Mengurangi Banjir


Cipete Selatan, Contoh Baik Upaya Pengurangan Banjir

Beberapa wilayah Kelurahan Cipete Selatan biasanya tergenang ketika turun hujan. Ada 17 titik yang selalu tergenang. Namun semenjak digalakkan sumur resapan, jumlah titik genangan turun menjadi hanya 2 titik saja. Kelurahan Cipete Selatan menjadi contoh keberhasilan upaya mengatasi genangan di Jakarta.

Teman-teman bisa lihat di video terlampir, upaya dari Kelurahan Cipete Selatan ini.

Teorinya sederhana saja sebetulnya. Sebuah lobang cukup besar di buat di berbagai titik, terutama yang sering tergenang. Tak hanya di halaman rumah, tetapi juga di jalanan. Nah melalui sumur resapan ini, air hujan akan masuk ke dalam tanah sehingga air tak lagi menggenang.

Di seluruh Jakarta, saat ini telah dibuat 1.887 buah sumur resapan. Dan akan terus bertambah. Pemprov DKI Jakarta menargetkan dibuatnya 1.8 juta sumur resapan untuk beberapa tahun ke depan sebagai sebuah gerakan untuk mengurangi genangan air ketika hujan. Tahun 2020 ini rencananya akan dibuat 3.000 sumur resapan.

Selain bermanfaat mengurangi genangan/ banjir ketika hujan. Sumur resapan juga lebih mendukunga kelestarian lingkungan. Ketimbang paradigma yang berprinsip membuang air secepatnya ke laut melalui sungai-sungai yang diperlebar. Pasalnya dengan memasukkan air ke dalam bumi, melalui sumur-sumur resapan dan biopori, air akan tersimpan ke dalam tanah. Hal ini akan membantu mengurangi resiko penurunan muka tanah yang terjadi di Jakarta.

Parah lho kalau muka tanah Jakarta semakin turun. Jakarta akan lebih rawan banjir, dan berpotensi tenggelam. Menurut Badan Geologi Kementerian ESDM hingga 2013 permukaan tanah Jakarta sudah turun 40 meter dari asalnya. Dan laju penurunan tanah di Jakarta Utara sudah mencapai 12 cm setiap tahunnya. Penurunan permukaan tanah ini salah satu penyebabnya adalah karena air tanah terus menerus disedot, sementara air hujan tak banyak yang masuk tanah. Melainkan dialirkan langsung ke laut melalui sungai-sungai.

Jadi ide ABW yang sekarang dilakukan di DKI Jakarta itu sebetulnya sangat ecofriendly. Ia berpikir jangka panjang bagaimana menyelamatkan kehidupan kita di Jakarta. Bukan berpikir pragmatis, sekedar mengatasi banjir sesaat, melalui pembuangan air hujan ke laut.

Saya tahu ada yang tak setuju dengan ide ini, dengan berbagai alasan. Tapi sebenarnya di berbagai belahan dunia, negara-negara lain juga mulai berpikir mengubah paradigma pembangunannya. Yang awalnya pragmatis dan people center only, menuju paradigma pembangunan yang lebih lestari dan memperhitungkan keselamatan alam.

Kita lihat ya perkembangannya di Jakarta dari waktu ke waktu. Insyaallah we are on the right track.

By Tatak Ujiyati
(catatan pagi)

[Video]
Share Artikel: