Dihadang? Kata Anies: Santai, The Show Must Go On


Kata Anies: Santai, The Show Must Go On

Ajang Formula E tidak diizinkan untuk melintasi kawasan dalam Monas oleh Kementerian Sekretaris Negara. Komisi Pengarah Kawasan Medan Merdeka ini mempunyai penilaian lain bahwa kawasan Monas adalah cagar budaya, maka sangat riskan menjadikannya sebagai lintasan Formula E.

Saya kurang tau bagaimana konsep perlintasannya yang memakai Monas, namun pelarangannya karena cagar budaya seperti memaksakan alasan.

Banyak event olahraga international justru melibatkan cagar budaya sebagai komoditi yang dijual untuk diberitakan. Selain bisa menjadi promo cagar budaya tersebut, tayangan televisi yang disiarkan langsung akan memuat apa saja yang menjadi ikon disebuah daerah dan ini akan menarik mereka untuk mencari tau terlebih dahulu.

Banyak sisi positif apabila cagar budaya dilibatkan dalam acaranya.

Balap sepeda Tour de Singkarak, event yang dilakukan setiap tahun selalu melibatkan cagar budaya unggulannya. Sebagai contoh, Jam Gadang di Bukittinggi.

Kota Bukittinggi selalu masuk dalam etapi Tour de Singkarak. Titik yang dijadikan pusatnya adalah area Jam Gadang. Tempat itu dijadikan sebagai garis finish balap sepeda yang dilakukan dari etape sebelumnya.

Nilai plus yang didapat, Jam Gadang menjadi ikon yang dijual. Bukan hanya wisatawan lokal yang tau, melainkan warga international juga hapal dengan Jam Gadang.

Sebelum ada Tour de Singkarak, jumlah penerbangan ke Sumbar hanya 10 - 12 penerbangan. Sejak perhelatan Tour de Singkarak pertama kalinya tahun 2009, terjadi peningkatan jumlah penerbagan ke Sumbar. Hingga sampai saat ini sudah 60-an jumlah penerbangan menuju Sumbar dalam sehari.

Borobudur pun sering dilibatkan dalam event olahraga international. Yang terakhir adalah pementasan Borobudur Marathon yang pesertanya dari berbagai negara hadir.

Mengambil lokasi Bodorbudur, pastinya ingin menjual pesona borobudur pada peserta dan media yang meliputnya. Sukses penyelenggaraan acaranya, sukses juga tujuan daerahnya dalam mendongkrak cagar budaya yang menjadi kunjungan wisata.

Jakarta memang sudah beberapa kali menggelar event international. Dibandingkan daerah lain, Jakarta sudah lebih dikenal warga luar karena menjadi ibu kota negara. Otomatis Monas pun sudah bukan rahasia lagi sebagai ikon ibu kota Jakarta.

Namun kembali menjadikan Monas terlibat dalam event Formula E bukanlah sebuah kesalahan. Apalagi event olahraganya sangat elit dan tidak semua negara bisa menyelenggarakannya.

Kehormatan dan kebanggaan bagi DKI ketika menjadi tuan rumah penyelenggaraannya. Ketika ditunjuk, pastinya ingin mengexplore apa yang bisa ditunjukkan pada warga dunia tentang Jakarta.

Jika Monas ditinggalkan, kok rasanya ya rugi.

Seharusnya Monas dilibatkan dalam penciptaan sejarah adanya sirkuit dalam kota dan menjadi agenda salah satu balapan dunia. Menyia-nyiakan Monas, ya hampa aja rasanya.

Namun, itulah keputusan pemerintah pusat melalui institusi dibawahnya. Ingin melindungi Monas sebagai cagar budaya, dan memberikan pagar tinggi atas publikasi yang bisa membuat Monas lebih dikenal lagi.

Sudah ada panggungnya, sudah dipersilahkan naik, namun membentengi diri.

Bagi Anies, pelarangannya gak akan membuat perhelatan acara menjadi batal. Tidak diizinkan  memasuki kawasan Monas, ya sudah mencari rute lain. Gak perlu mendebat pemikiran pribadi-pribadi kerdil di istana atas pelarangan yang mereka lakukan.

Anies mempunyai visi kedepan yang akan membuat Jakarta menjadi lebih berkibar. Namun untuk niat itu, dirinya harus berhadapan pada jiwa-jiwa kosong yang justru menghambat perkembangannya.

"Dibawa santai aja," kata Anies Baswedan.

Cari rute alternatif dan the show must go on.

(By Setiawan Budi)

__
*NB: Pengamat otomotif nasional Ridwan Hanif (@ridwanhr) sampai geregetan dengan upaya-upaya menghalangi gelaran dunia Formula E di Jakarta.


Share Artikel: