Dokumen dari Kamp Karakax Xinjiang: Muslimah Uyghur Dipenjara Rezim Komunis China Karena Memiliki Anak Melebihi Ketentuan Pemerintah

(Keluarga Rozinsa Mamattohti. Wanita dengan jilbab putih adalah Patem, yang telah hilang sejak 2016)

[PORTAL-ISLAM.ID]  Rozinsa Mamattohti tidak bisa tidur atau makan selama berhari-hari setelah dia membaca catatan rinci dokumen resmi pemerintah komunis China pada seluruh keluarganya. Adik perempuannya, Patem, ternyata dipenjara.

Ini adalah pertama kalinya sejak 2016 Rozinsa Mamattohti menerima berita konkret tentang apa yang terjadi pada keluarganya.

"Saya tidak pernah membayangkan bahwa adik perempuan saya akan berada di penjara," kata Mamattohti kepada CNN, Senin (17/2/2020), dengan berlinangan air mata, di rumahnya di Istanbul.

Dia mengatakan dia pertama kali melihat catatan yang bocor ketika mereka secara tidak resmi diedarkan di media sosial di kalangan orang Uyghur di luar negeri. "Ketika saya membaca nama mereka, saya tidak bisa menahan diri, saya merasa hancur."

Dokumen resmi dari Kamp Karakax di Xinjiang mengungkapkan untuk pertama kalinya sistem yang digunakan oleh Partai Komunis China yang berkuasa untuk membenarkan penahanan tanpa batas dengan alasan sepele bukan hanya keluarga Mamattohti tetapi juga ratusan - dan mungkin jutaan - warga negara lainnya di pusat-pusat penahanan di Xinjiang.

Untuk saudara perempuan Rozinsa Mamattohti, Patem yang berusia 34 tahun, kejahatan yang membuatnya ditahan, menurut dokumen itu, adalah “pelanggaran kebijakan keluarga berencana,” atau secara sederhana, memiliki terlalu banyak anak. Di bawah kebijakan nasional, keluarga pedesaan di Xinjiang terbatas pada tiga anak. Dia punya empat anak.

Ini adalah kebocoran besar ketiga dokumen pemerintah China yang sensitif dalam beberapa bulan, dan bersama-sama informasi ini melukiskan gambaran yang semakin mengkhawatirkan tentang apa yang tampaknya menjadi kampanye strategis oleh Beijing untuk melucuti mayoritas Muslim Uyghur dari identitas budaya dan agama mereka.

Daftar yang bocor ini juga bertentangan dengan klaim Beijing bahwa program "pendidikan ulang (re-edukasi)" di Xinjiang bersifat sukarela dan menargetkan para ekstremis yang kejam.

Pemerintah Tiongkok telah mengklaim sedang menjalankan program deradikalisasi yang menargetkan para ekstrimis potensial, tetapi catatan resmi ini, yang diverifikasi oleh tim ahli, menunjukkan orang-orang dapat dikirim ke fasilitas penahanan hanya karena "mengenakan jilbab" atau menumbuhkan "jenggot panjang".

Sumber:
- https://edition.cnn.com/interactive/2020/02/asia/xinjiang-china-karakax-document-intl-hnk/
- https://www.ft.com/content/e0224416-4e77-11ea-95a0-43d18ec715f5


Share Artikel: