Mencari Keruh di Masjid Raya Sumbar
Mencari Keruh di Masjid Raya Sumbar
👉Juli 2019 masjid raya Sumbar diceritakan menolak penyandang disabilitas. Ini melengkapi cerita Januari 2019 dimana ada perlakuan yang sama pada penyandang disabilitas.
Persoalannya karena pihak pengurus masjid meminta kursi roda tidak masuk ke dalam masjid. Penolakan ini, dianggap sebagai diskriminasi pada penyandang disabilitas.
Padahal, tidak seperti itu kisahnya.
Untuk penyandang disabilitas yang diberitakan, ada 2 perkara larangan yang diambil pihak masjid. Pertama, saat adanya pengambilan foto didalam masjid saat waktu sholat telah masuk.
Aturan di Masjid Raya Sumbar, aktivitas pengunjung untuk melihat-lihat, dan berfoto harus dihentikan sementara setiap sudah masuk waktu sholat. Supaya umat Islam yang melaksanakan solat lima waktu di Masjid Raya Sumbar tidak terganggu.
Karena diminta menghentikan aktivitasnya, pengambil gambar penyandang disabilitas ini, lanjut Yulius, merasa tersinggung dan pergi. Padahal petugas keamanan tidak ada maksud mengusir atau menolak. Hanya mengingatkan ada aturan setiap waktu shalat tidak boleh ada aktivitas lain di lingkungan masjid.
Kemudian untuk masalah kursi roda, pihak masjid sudah menyediakan dua buah kursi roda yang bersih dan suci untuk dipakai dalam masjid. Sedangkan kita tau sama tau, kursi roda yang digunakan penyandang disabilitas sudah berjalan diluar yang tidak bisa dipastikan kesuciannya.
Memasuki dalam masjid, harus jelas kesucian yang memasukinya, termasuk kursi roda penyandang disabilitas. Untuk itulah pihak masjid menyediakan kursi roda khusus penyandang disabilitas didalam masjid.
Membiarkan masuk kursi roda yang biasa dipakai, tentu akan riskan. Membuka karpet untuk tempat jalan kursi roda, itu juga gak mungkin dilakukan.
Perlu diketahui, didalam Masjid Raya Sumbar tidak bisa melepas karpet untuk membuat jalan kursi roda penyandang disabilitas.
Satu karpet itu memanjang dari kanan ke kiri untuk tiga shaf. Jadi untuk menggulung tikar masjid itu saja, butuh tenaga delapan orang. Tikar tersebut juga tidak bisa dicuci. Harus diganti yang baru kalau sudah tidak suci.
Bila pengurus masjid harus menggulung sebagian tikar agar penyandang disabilitas bisa masuk dengan kursi roda bawaan sendiri, akan membuat jamaah lain komplain karena terganggu. Karena itulah, pihak masjid meminta penyandang disabilitas yang berkursi roda agar pindah sesaat ke kursi roda milik masjid agar kesucian tikar shalat terjaga dan jamaah lain tidak terganggu.
Namun cara pihak masjid ini dipandang berbeda. Dan mereka lebih memilih menulis sensasi untuk mencari perhatian. Syukurnya masalah ini sudah terselesaikan karena kesalaham komunikasi semata. Sungguh diluar logika kalau ada masjid menolak penyandang disabilitas.
👉23 Februari 2020, kembali Masjid Raya Sumbar diberitakan miring oleh seseorang yang mengaku muslim.
Dia mengatakan dilarang masuk ruang masjid karena tidak memakai jilbab. Ini berlebihan, sangat berlebihan. Masjid Raya Sumbar sudah termasuk destinasi tujuan wisata. Dengan bangunan yang megah, banyak wisatawan lokal maupun mancanegara ingin mengunjunginya.
Gak jarang wisatawan yang berkunjung tidak mengenakan jilbab atau kerudung. Dan gak ada masalah atas kegiatan mereka di masjid.
Kenapa kedatangan wanita ini malah jadi masalah?
Katakanlah ada aturan itu dibunyikan, sebagai muslim apakah teguran petugas itu mengganggu dia? Jika ia muslim, gak seharusnya ia menumpahkan kekesalan pada akun sosial medianya. Jika ia muslim, teguran baik gak menjadikan dia sebagai seseorang yang menyimpan benci.
Bulan lalu, ada rombongan turis dari China datang ke Sumbar. Dari rombongan itu, ada yang beragama islam dan menyempatkan diri sholat di masjid raya sumbar. Dan mereka datang tanpa mengenakan jilbab dan kerudung. Mereka pun diberi pinjaman memakai mukena yang ada didalam masjid.
Tidak ada larangan atas kedatangan mereka, tidak ada teguran dari petugas atas tidak adanya jilbab atau kerudung dikepala mereka. Mengapa sekarang bisa muncul ada pemberitaan seperti itu?
Saya curiga, pemberitaan ini mempunyai maksud dan tujuan lain. Sudah jamak berita begini akan mendapatkan perhatian dan memantik reaksi caci dan maki. Terlebih ini adalah Sumbar. Daerah yang menjadi perhatian pihak-pihak yang menjual nama Toleransi demi tujuan jahatnya, namun tidak bisa menjual propaganda mereka.
Jangan anggap remeh Sumbar, jangan mencari air keruh di Sumbar. Musuh datang saja dijamu, apalagi datang dengan kebaikan ke masjid kebanggaan. Tidak ada alasan bagi Sumbar yang sangat religius menolak orang-orang yang datang ke rumah Allah.
Kecuali, kedatangannya memang untuk membuat onar.
Sukar dipercaya cerita wanita ini, jika pun demikian ceritanya, perlu dipertanyakan pada dirinya. Apa yang menganggu dia ketika teguran baik di ucapkan?
Sekali lagi, jika benar Muslim pastinya ia akan menerima teguran dengan lapang dada. Kecuali, dia muslim yang mempunyai tujuan lain.
Dengan bahasa "Bantu RT" (bantu sebarkan), kayaknya sudah jelas kemana tujuan dia.
By Setiawan Budi [fb]
Ratu Elizabeth II, non Muslim. Masuk ke kawasan Masjid di UAE, berhijab. Dihormati.— Azzam M Izzulhaq (@AzzamIzzulhaq) February 24, 2020
Michele Obama, non Muslim. Masuk ke kawasan Masjid Istiqlal Jakarta, berhijab. Dihormati.
Ms. X, Muslimah. (Katanya) Masuk ke kawasan Masjid Raya Sumatera Barat, TAK BERHIJAB. Ditegur. pic.twitter.com/SaqWW1p80u
Hari Jumat kemaren saya solat Ashar disini bersama keluarga dan sepupu saya ada yang tidak berhijab. Tidak ada saya temukan petugas yang mba ceritakan itu https://t.co/tuz1NSirOO pic.twitter.com/PNnCvtKMts— M.Adi Azhari (@adiazhari) February 24, 2020
...Saya kafir alias bukan penganut Islam, mbak.— HarunMasiku di Bunuh? (@kafiradikal) February 24, 2020
Begini, kalau ada aturannya seperti itu yah hormati bukan malah dibikin thread.
Coba anda sesekali eksperimen lari marathon di Bali pas hari raya Nyepi sampe ditangkap pecalang lalu bilang:
"dasar Hindu intoleran!" (``,) https://t.co/g2XmZn2bU2