Covid 20


[PORTAL-ISLAM.ID]  Pemimpin yang terkena gejala penyakit mythomania sangat berbahaya bagi masyarakat atau bangsa yang dipimpinnya. Bukan saja merugikan dirinya tetapi bisa menularkan pada lingkungan terdekatnya. Menimbulkan masalah karena dampak kerusakan akibat kekuasaan dan pengaruhnya.

Mythomania yang diperkenalkan tahun 1905 oleh psikiater Ferdinand Dumpre adalah kebohongan yang dilakukan seseorang tidak ditujukan menipu orang lain. Dirinya menganggap kebohongan itu nyata. Ia tak sadar bahwa dirinya sedang berbohong menceritakan khayalan yang ada dalam kepalanya. Mythomaniac adalah orang yang memiliki perilaku terbiasa atau selalu terdorong untuk berbohong.

Ciri orang yang terkena mythomania adalah suka membesar besarkan sesuatu, sering kontradiktif dengan pernyataan sebelumnya, sangat defensif saat dipertanyakan pernyataannya, tidak pernah mengakui kebohongannya, jago memanipulasi, berbohong untuk mendapat simpati dan terlihat baik, serta merasa dirinya sebagai legenda.

Jika orang biasa yang terkena gejala patologis seperti ini tentu tidak berdampak, cukup ia berobat pada psikiater. Tetapi jika penyakit ini menimpa pemimpin yang menduduki kursi jabatan publik tentu menjadi sangat berbahaya.

Ada tiga bahaya jika jabatan publik diisi oleh orang yang berpenyakit tukang bohong (mythomania) yaitu :

Pertama, bangsa yang dipimpinnya ikut menanggung malu memiliki pemimpin yang invalid moral. Seperti kleptomania, maka mythomania juga penyakit dari orang yang tak merasa bersalah. Mati rasa.

Kedua, tidak mampu menjalankan program apapun. Watak bohongnya menyebabkan daya dukung bagi realisasi program minim. Distrust adalah keterasingan. Dibenci dan diolok olok.

Ketiga, pemimpin pembohong akan dibohongi orang orang dekat. Penjilat dan pencari manfaat yang keluar masuk di lingkungan kesehariannya. Manusia bergaul dengan sesamanya dan pasti membentuk komunitas para pembohong. Rezim para pembual.
Share Artikel: