26 Tahun Erdogan Wujudkan Turki Jadi Kekuatan Dunia
26 Tahun Erdogan
Perubahan yang sangat luar biasa terjadi pada Turki saat ini. Berawal dari negara yang tak pernah diperhitungkan, namun kini membuat negara-negara lain mengancungkan jempol bahkan harus sampai tunduk pada keputusan negaranya.
Siapakah dibalik sukses Turki saat ini? Tentu tak akan lepas dari Erdogan. Sepak terjang Erdogan saat ini membuat lawan-lawannya kocar kacir dan bingung bagaimana agar bisa menundukkan negara dibawah kepemimpinannya.
Perjalanan ini tentu tak mudah. Berawal dari jabatan sebagai Walikota di Istanbul tahun 1994, Erdogan mulai menapaki satu persatu impian politiknya, hingga pada 10 Juli 2020 sebagai Presiden Turki berhasil membuat sejarah dengan mengembalikan Hagia Sofya sebagai masjid sebagaimana wasiat Al-Fatih.
Kalau kita baca perjalanan Turki sebagai bangsa khususnya 26 tahun terakhir memang bangsa ini melakukan akselerasi yang cemerlang terutama dalam sosial, ekonomi, politik dan militer.
Ketika tahun 60-an, kalau kita ke perbatasan Turki dengan Suriah kita melihat seperti negara si kaya dan si miskin. Wilayah perbatasan sebelah Turki terlihat gelap gulita sama sekali tidak ada lampu tapi wilayah perbatasan sebelah Suriah seperti kota modern nan gemerlap.
Saat ini Turki bersaing dengan Amerika dan Rusia dalam pasar senjata dunia. Di bidang otomotif bersaing dengan Jerman dan Jepang. Dalam politik bersaing dengan Uni Eropa dan Amerika. Dalam waktu yang relatif singkat Turki bisa sejajar dengan negara-negara besar dunia.
Akal sehat yang dimiliki oleh sebagian besar rakyat Turki adalah rahasia kenapa negara ini bisa maju. Generasi baru Turki tidak lagi bisa menerima yang namanya kudeta yang terbukti membuat generasi bapak mereka sengsara.
Melihat Turki yang dulu rusak dan amburadul tapi dalam waktu yang relatif singkat bisa bangkit membuat kita optimis melihat masa depan Indonesia. Dengan satu syarat, rakyatnya selesai dengan akal sehat.
Maka, mulailah bangun visi besar kita tentang Indonesia.
Indonesia, akan segera memasuki masa emas dengan bonus demografi yang usia produktifnya berlimpah dimana-mana.
Saatnya generasi baru Indonesia mulai menuliskan cita-cita dan kemudian membangun visi kehidupannya, karena mengubah Indonesia tak bisa dilakukan hanya dengan satu kali kedipan mata.
(Abu Faguza Abdullah, Hasmi Bakhtiar)