Ethiopia Sudah Mulai Mengisi Bendungan Raksasa Renaissance dari Sungai Nil, Mesir Terancam Krisis Air


[PORTAL-ISLAM] Ethiopia telah mulai mengisi bendungan Renaissance dan dengan demikian memotong aliran sungai Nil ke Mesir dan Sudan, yang dapat memicu krisis air di Mesir.

Aliran sungai Nil telah dipotong secara signifikan, menurut pemerintah Sudan, sehingga mengkonfirmasikan bahwa aliran telah diturunkan, Mesir akan menderita krisis air, yang bisa membuat Mesir haus dan kelaparan

Dilansir Anadolu, Kamis (16/7/2020) Menteri Perairan, Irigasi, dan Energi Ethiopia Seleshi Bekele mengatakan air disimpan di bendungan sesuai dengan rencana konstruksi.

Menurut Bekele, ketinggian air meningkat dari 525 meter menjadi 560 meter.

Artinya, gambar satelit bendungan yang beredar di media sosial benar.

Meskipun Ethiopia tidak mendapat keuntungan apapun dari negosiasi antara Mesir dan Sudan bulan lalu, tetapi sudah disepakati bahwa bendungan akan diisi sebelum musim hujan.

Mesir tuntut penjelasan

Setelah ada laporan media soal pengisian bendungan oleh Ethiopia baru-baru ini, Kementerian Luar Negeri Mesir pun merilis pernyataan yang mendesak Ethiopia agar merilis pernyataan resmi.

Ethiopia mulai membangun Bendungan Grand Ethiopian Renaissance Dam (GERD) pada 2011 di Sungai Nil Biru, anak sungai Sungai Nil, dekat perbatasannya dengan Sudan.

Pembangunan proyek sepanjang 147 meter dan setinggi 1,8 kilometer diperkirakan akan selesai pada 2023.

Dengan kapasitas bendungan hingga 74 miliar meter kubik, bendungan hidroelektrik itu akan menghasilkan listrik sebesar 6.475 megawatt yang berguna untuk memenuhi keperluan domestik dan industri Ethiopia, serta ekspor ke negara-negara tetangga.

Mesir mengklaim bendungan akan mengurangi aliran air Sungai Nil ke hilir, sedangkan Ethiopia mempertahankannya karena membutuhkan bendungan untuk pembangunan nasional.

Hubungan kedua negara tegang setelah Mesir mengadukan Ethiopia ke Dewan Keamanan PBB pada 1 Mei setelah Ethiopia mengumumkan rencananya untuk memulai pengisian bendungan tahap pertama.

3 Negara Rebutan Sungai Nil, Polemik Bendungan GERD Makin Kusut

Ethiopia, Sudan, dan Mesir terus berpolemik tentang Bendungan GERD, yang membuat kasus ini semakin kusut.

Sudan dan Mesir keberatan dengan pembangunan Bendungan Grand Ethiopian Renaissance Dam (GERD), sedangkan Ethiopia bersikeras proyek mereka tidak membahayakan siapa pun.

Pangkal persoalannya adalah Bendungan GERD yang dinilai akan membatasi pasokan air ke negara-negara hilir. Ethiopia sendiri adalah negara di bagian hulu.

Duta Besar Ethiopia untuk Indonesia Admasu Tsegaye Agidew menerangkan, GERD tidak boros air sehingga tidak membahayakan negara-negara hilir.

"GERD tidak mengonsumsi banyak air, (sehingga) tidak membahayakan negara-negara hilir, tidak ada deforestasi," terang Dubes Admasu saat dihubungi Kompas.com melalui konferensi video, Jumat (3/7/2020).

Ethiopia bersikeras membangun Bendungan GERD sebagai pembangkit listrik dan meningkatkan perairan.

Admasu menuturkan, separuh lebih dari 110 juta penduduk Ethiopia belum menikmati aliran listrik.

"Selama ini mereka memakai kayu bakar sebagai pengganti listrik," terangnya.

Dubes Admasu lalu menerangkan, Bendungan GERD dapat menghasilkan 6.450 megawatt dan menampung 74 juta cm kubik air.

Namun pembangunan proyek ini mendapat protes keras dari Mesir dan Sudan. Kedua negara tetangga Ethiopia tersebut khawatir debit air Sungai Nil akan menurun, dan bakal berpengaruh ke kehidupan mereka.

Dilansir dari Al Jazeera Selasa (30/6/2020), Mesir merasa akan mendapat ancaman eksistensial dari operasional Bendungan GERD.

Dalam pertemuan virtual dengan Dewan Keamanan PBB pada Senin (29/6/2020), Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry memperingatkan akan ada konflik jika PBB tidak turun tangan.

Ia mendesak dewan membantu menyelesaikan sengketa Bendungan GERD ini, yang menurutnya sudah membahayakan 150 juta warga Mesir dan Sudan.

Sementara itu hasil KTT Uni Afrika pada Jumat (26/6/2020) menyatakan, para pemimpin Mesir, Sudan, dan Ethiopia sepakat untuk berunding lagi tentang pengisian waduk GERD.

Proyek dari Ethiopia ini bernilai 4,6 miliar dollar AS (Rp 66,7 triliun) dan tanpa dana asing.

Pembiayaan didapat dari patungan rakyat dan penjualan obligasi, karena Mesir memblokir pihak asing untuk membiayai proyek ini.

Kemudian Sudan yang juga bergantung hidupnya pada Sungai Nil, juga mendesak Dewan Keamanan PBB turun tangan menangani kasus ini, karena ketegangan 3 negara kian meningkat.

Sungai Nil sebagai salah satu sungai terpanjang di dunia mengaliri 11 negara sekaligus.

Negara-negara tersebut adalah Mesir, Ethiopia, Sudan, Uganda, Kenya, Tanzania, Burundi, Rwanda, Republik Demokratik Kongo, Eritrea, dan Sudan Selatan.

Pengisian Waduk GERD dijadwalkan bulan Juli ini, dan apabila telah beroperasi akan menjadi waduk pembangkit listrik terbesar di Afrika, dan salah satu yang terbesar di dunia.

[Video Liputan Aljazeera: Ethiopia Sudah Mulai Mengisi Bendungan Renaissance]
Share Artikel: