Google Tidak 'Menghapus' Palestina dari Google Maps, Tapi TIDAK PERNAH Mengakui Palestina
[PORTAL-ISLAM] Klaim tentang Google telah menghapus wilayah Palestina dari aplikasi peta digital Google Maps beredar di media sosial.
Ini bukan pertama kalinya Google disebut menghapus nama Palestina dari layanan Google Maps.
Bagaimana yang sebenarnya?
Ternyata TIDAK BENAR.
Karena Google sejak awal TIDAK MENGAKUI PALESTINA.
Jadi, boro-boro 'menghapus' Palestina, sejak awal memang TIDAK ADA Palestina di Google Maps.
Yang diakui hanya ISRAEL.
Hal ini seperti dilansir dari artikel berjudul "Google Maps accused of deleting Palestine – but the truth is more complicated" yang dimuat theguardian.com pada 10 Agustus 2016...
Ketika itu, Google dituduh menghapus Palestina dari Google Maps. Tetapi kenyataannya, wilayah itu tidak pernah diberi label (Palestina) oleh Google sejak awal.
Saat mencari Palestina di Google Maps, itu menunjukkan garis besar, tetapi tanpa label untuk Palestina. Sedangkan yang ada hanya label Israel.
Seorang juru bicara Google ketika itu mengatakan: "Tidak pernah ada label 'Palestina' di Google Maps, namun kami menemukan bug yang menghapus label untuk 'Tepi Barat' dan 'Jalur Gaza'. Kami sedang bekerja dengan cepat untuk membawa label ini kembali ke area tersebut."
Link: https://www.theguardian.com/technology/2016/aug/10/google-maps-accused-remove-palestine
Kesimpulan
Klaim tentang Google telah menghapus wilayah Palestina dari aplikasi peta digital Google Maps adalah tidak benar.
Yang benar, Google mengakui bahwa pihaknya tidak pernah memasukkan label Palestina dalam Google Maps.
Padahal hingga saat ini sudah ada 183 negara anggota PBB yang mengakui Palestina sebagai negara merdeka, namun sebagian besar negara barat belum mengakuinya. Amerika Serikat dimana google berada, termasuk salah satunya.
"Peta sama seperti bendera. Keduanya adalah simbol suatu bangsa ketika tanahnya telah dicuri. simbol eksistensi ketika sejarah bangasa diabaikan dan didistorsi. Peta dan nama-nama yang tertulius di atasnya begitu berarti," ujar pengacara muslim AS Khaled Beydoun.[]