(ANALISIS) Refleksi Atas Penemuan Gas Alam Turki
Refleksi Atas Penemuan Gas Alam Turki
Oleh: BURHANETTIN DURAN | Analis di SETA
Penemuan gas alam Turki di Laut Hitam tampaknya akan tetap menjadi topik hangat di masa mendatang.
Negara ini akhirnya membuat jenis penemuan hidrokarbon yang didambakan sepanjang sejarah Republik Turki.
Ladang tersebut tidak hanya berisi 320 miliar meter kubik (bcm) gas alam tetapi juga menunjukkan bahwa Turki dapat menemukan cadangan tambahan dalam area seluas 6.000 kilometer persegi (2.317 mil persegi). Dengan demikian, berita tentang penemuan-penemuan baru di masa depan tidak akan menjadi hal baru dan mengejutkan bagi siapapun.
Beberapa pengamat menyambut positif “kabar baik” Presiden Recep Tayyip Erdoğan minggu lalu, sementara beberapa menuduh pemerintah Turki melebih-lebihkan pentingnya temuan itu. Telah menjadi tradisi dalam perpolitikan Turki untuk membonceng isu positif dalam sebuah upaya pembangunan dan sebaliknya.
Namun, kekhawatiran seseorang bahwa penemuan gas alam Turki dapat “dimainkan pemerintah” seharusnya tidak mengaburkan kegembiraan seseorang.
Bahwa penemuan Turki akan memiliki implikasi besar bagi kebijakan energi Ankara dan -dengan perluasan- kedudukan internasional, sudah jelas. Negara yang telah lama menjadi jalur transit sumber daya karena letak geografisnya, kini berupaya menjadi penghasil energi dan, akhirnya, akan menuju sebagai eksportir.
Kemungkinan penemuan ladang gas terbesar dalam sejarah Turki ini, cukup untuk mengurangi defisit kebutuhan saat ini. Turki akan secara signifikan mampu meningkatkan ekonominya.
Kritikus yang menolak pernyataan Erdogan tentang “era baru” dan apa yang disampaikan Menteri Keuangan Berat Albayrak tentang “poros” baru sebagai pernyataan “yang dilebih-lebihkan” telah kehilangan poin penting: Prestasi ini adalah produk dari kebijakan energi yang ambisius, yang telah dirancang Albayrak, telah menjadi poin penting dari sejarah Republik Turki -dan, pada kenyataannya, sejarah pemerintahan Partai Keadilan dan Pembangunan (Partai AKP).
Hal itu dimungkinkan oleh konfrontasi dan krisis yang berulang kali terjadi antara kepemimpinan politik Turki dan kebijakan yang efektif baik di dalam dan luar negeri.
Ini memang baru permulaan. Turki telah berhasil “menampilkan pertunjukan di jalan,” seperti yang mereka katakan. Lebih banyak lagi akan menyusul.
Setelah mengambil lompatan besar di bidang pertahanan, Turki sebenarnya bisa mencapai tingkat prestise yang sama sekali baru jika menemukan jenis cadangan energi di Laut Hitam dan Mediterania Timur yang diharapkannya dapat ditemukan.
Industri pertahanan Turki sudah di ambang terobosan besar. Jika dibarengi dengan penemuan energi, negara kemungkinan akan mengejar peran yang lebih aktif di kancah internasional. Selain mengubah sifat negosiasi energi Turki dengan Rusia dan Iran, cadangan energi yang kuat dapat mendorong Uni Eropa untuk bekerja lebih erat dengan Turki di bidang strategis.
Pada saat yang sama, penemuan gas alam di Laut Hitam akan mendorong Turki untuk mengejar kepentingannya di Mediterania Timur dengan lebih tegas. Setiap terobosan dalam industri pertahanan atau sektor energi diharapkan dapat mengubah klaim politik Turki menjadi kekuatan konkret.
Turki terletak di bagian dunia di mana teah berkurangnya peran Amerika Serikat telah meninggalkan kekosongan kekuatan besar di kawasan. Posisi Turki yang berbatasan dengan Teluk, Libya, Afrika Utara, dan Eropa. Mediterania Timur, tempat perebutan kekuasaan besar-besaran sedang berlangsung, dimana Turki berada tepat di tengah-tengah nya.
Dengan demikian, banyak pemain yang bergerak untuk mengisi kekosongan yang muncul. Prancis, Rusia, Uni Emirat Arab (UEA), Mesir, Israel, dan Yunani telah berupaya memperkuat posisi masing-masing melalui berbagai manuver.
Yunani, bagaimanapun, bisa dibilang berada pada posisi terburuk di antara negara-negara ini. Ada kesenjangan besar antara kapabilitas Athena dan tuntutan maksimalisnya terkait penetapan yurisdiksi maritim. Tidak ada dukungan sementara dari Prancis atau UE yang dapat mengamankan masa depan Yunani.
Pemerintah Yunani seharusnya tahu lebih baik untuk tidak bertindak sebagai pendobrak. Petualangan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang memposisikan Yunani sebagai “proxy” untuk melawan Turki. Lebih buruk lagi, ketegangan antara Turki dan Yunani di Mediterania Timur terancam akan merembes hingga ke Laut Aegea, Siprus dan daerah lain.
Skenario terburuk seperti ini tidak dapat dihentikan oleh Prancis atau negara Eropa lainnya dengan mengirimkan beberapa fregat atau jet militer ke wilayah tersebut.
Ankara dan Athena, tetangga lama yang menderita kerusakan terbesar jika terjadi konflik panas, harus menyelesaikan perbedaan mereka melalui solusi yang damai dan adil. Yunani harus mengungkap niat sebenarnya dari kekuatan eksternal tersebut, yang berusaha menggunakan Athena sebagai pendobrak, jika ingin memfasilitasi transformasi Mediterania Timur menjadi lautan damai dan milik bersama.
*Sumber: DailySabah