Alasan Pelaku LGBT TIDAK MERUGIKAN ORANG LAIN


Alasan Pelaku LGBT "TIDAK MERUGIKAN ORANG LAIN"

By Azwar Siregar

Gara-gara Lae Gilang Kazuya Shimura tadi tag saya di postingan si Toy (Pegiat sekaligus penikmat sesama jenis), akhirnya saya diblokir juga.

Padahal saya mencoba mengajak diskusi dengan bahasa yang sangat santun. Si Toy yang emosional dan berkali-kali memaki-maki, tapi saya tidak mau tanggapi.

Jadi begini (karena saya sudah diblokir oleh si Toy, semoga ada yang menyampaikan Tulisan ini ke yang bersangkutan).

Pertama, penting di catat. Saya tidak pernah menganggap hina orang-orang yang secara seksual tersesat (orientasi seksualnya menyimpang).

Hanya saja penyimpangan orientasi seksual mereka memang tidak bisa dibenarkan dengan alasan apapun.

Alasan si Toy (dan umumnya alasan yang sama dari pendukung kelompok main pedang-pedangan dan main panci-pancian), perilaku seksual mereka TIDAK MERUGIKAN ORANG LAIN.

Ok, sengaja saya tulis pakai huruf kapital "tidak merugikan orang lain".

Sepintas pembenaran ini bisa diterima. Tapi ntar dulu, justru disinilah poin penting yang membedakan kita manusia dengan hewan. Manusia adalah makhluk sosial yang dikarunia akal pikiran, kemudian dengan akal dan pikiran tadi membentuk norma, adat dan budaya.

Kita kesampingkan dulu aturan agama (karena rawan disalah tafsirkan dan jadi ajang perdebatan). Mari kita berbicara dari sisi "kemanusiaan" saja. Cukup banyak perbuatan yang pada dasarnya TIDAK MERUGIKAN ORANG LAIN, tapi dianggap salah dan bisa disebut melanggar hukum.

Sebut saja misalnya bunuh diri. Pada dasarnya perbuatan ini tidak merugikan orang lain, tapi tetap dianggap salah karena tidak sesuai norma kemanusiaan.

Atau yang yang berkaitan dengan perilaku seksual. Perkawinan saudara sekandung. Menurut saya ini tidak merugikan orang lain. Tapi saya yakin semua masyarakat normal dewasa ini pasti menganggap ini tabu dan terlarang.

Kalau mau contoh yang lebih mudah. Naik motor tidak memakai helm. Di tilang polisi. Karena dianggap melanggar aturan. Padahal kalaupun misalnya si Pemotor terjatuh dan kecelakaan, terus matek, Polisi dan Negara tidak ada ruginya. Tapi Polisi berhak menilang si Pemotor berdasarkan aturan. Dan Negara juga berhak membuat aturan untuk menjaga keselamatan warganya.

Jadi poin, asal tidak merugikan orang lain sebagai pembenaran perilaku seksual menyimpang dari si Toy CS tidak mungkin bisa diterima pada masyarakat manusia yang waras.

Tentu saja berbeda halnya kalau si Toy dan kelompoknya siap dicabut identitas kemanusiaannya. Misalnya mereka siap diklasifikasikan sebagai identitas hewan baru.

Jadi bebek anjay misanya...

Tapi sepanjang Toy dan kawan-kawan masih merasa jadi manusia, maka mereka akan tetap terikat aturan moralitas yang terbentuk dari kejernihan dan kewarasan akal, logika dan berpikir sebagai manusia.

Jangan-jangan si Toy pada dasarnya emang bukan manusia ya? Beberapa kali saya lihat fotonya kok mirip manusia ya? Jangan-jangan dia emang jenis spesies baru turunan Kuda Nil yang diperkosa Buaya Muara....

[fb]
Gara-gara Lae Gilang Kazuya Shimura tadi tag saya di postingan si Toy (Pegiat sekaligus penikmat sesama jenis), akhirnya...
Dikirim oleh Azwar Siregar pada Kamis, 03 September 2020
Share Artikel: