ANIES NAIK KELAS LAGI
By Balyanur Ada politisi salah ngomong karena gagap komunikasi yang menyebabkan satu provinsi marah, dikatakaan kemarahan itu menyebabkan sang politisi naik kelas. Mungkin saja benar, naik ke atas kelas benerin genteng.
Kalau Anies beneran naik kelas, karena setiap kebijakan Anies, pasti medsos rame kaya pasar uler. Kalau di pasar uler rata-rata pembeli yang pintar, membeli barang relatif bagus dengan harga relatif murah. Kalau yang menyerang Anies di medsos itu, punya data seuprit, ngomelnya selebar kebon juragan kecapi daon. Dilawan dengan data pembanding yang lebih akurat, bukan malu malah tambah ngotot. Terlihat saat barisan sakit hati gegara Ahok kalah merilis isu lem aibon.
Bukan hanya soal kebijakan Anies yang bikin medsos rame, pidato pertama Anies yang ada kata pribuminya, kontan dibalas sindiran sampai makian oleh buzzeRp. Yosi, ketua kelas para buzzeRp tentu saja juga ikut ambil bagian.
Soal Covid19, Anies tempil terdepan. Anies menawarkan lokdon. Padahal presiden lagi sibuk-sibuknya memanjakan para influencer dengan kucuran dana yang nggak sedikit untuk meyakinkan calon turis mancanegara bahwa Indonesia aman dari korona. Sampai-sampai buzzeRp menyebut anjay bagi siapa saja yang menyebarkan isu korona.
Tentu saja tawaran Anies itu bikin geger seantero negeri. Presiden merasa dilangkahi. Cepat-cepat dia bikin pernyataan, setiap kebijakan gubernur harus seizin presiden! Barulah istana sibuk bikin tim ini, tim itu.
Karena istana bimbang, mau mendahulukan ekonomi atau kesehatan, maka kebijakannya jadi kepalang tanggung. Hasilnya, jangan heran kalau Indonesia jadi negara yang paling ditakuti setidaknya oleh 59 negara. Barulah presiden menyadari kesehatan lebih utama dibanding soal ekonomi.
59 negara yang takut kedatangan warga Indonesia tentu saja bikin buzzeRp ikut terpukul. Kebijakan istana soal covid19 yang mereka puja-puji ternyata tidak berwajah gudluking tapi gotluking. Buat menutupi rasa malu, Ruhut dengan lantang nyalahin Anies. 59 negara yang takut pada Indonesia, gara-gara Anies! Dia pura-pura lupa kalau kebijakan gubernur sesolutip apa pun kebijakan itu, nggak boleh dijalankan tanpa persetujuan istana!
Maunya sih kalau penanganan covid ini sukses, maka yang dapat nama adalah istana, disamping soal kordinasi satu atap tentu saja. Tapi sialnya, walaupun tukang surpei sudah capek-capek bikin surpei yang menyatakan mayoritas rakyat percaya habis pada istana dalam perkara penangan covid19, tetap saja 59 negara ketakutan. Ibarat dukun, satu guru satu ilmu jangan ganggu. Dukun sesakti apa pun, setan yang jadi bekingnya punya wilayah masing-masing. Maka setan di wilayah kekuasaan sang dukun harus izin dulu dengan setan yang menguasai wilayah lain. Buzzer, influencer, tukang surpei hanya sakti di wilayah teritorial nusantara saja.
Dalam suasana ketidak pastian soal Covid19 , Anies tampil lagi kedepan, dia pakai istilah baru, injak rem! Kebijakan ini dia berani munculkan setelah presiden akhirnya memilih mendahulukan kesehatan ketimbang ekonomi. BuzzeRp rame lagi. Anies diminta izin dulu pada istana. Kontan ketua covid bilang, tak perlu izin karena PSBB DKI belum dicabut. BuzzeRp malu lagi. Karena buzzeRp adalah pasukan berani malu, mereka mulai menyerang pribadi Anies, mengadrun-kadrunkan, menggoblok-goblokan Anies. Anies yang punya moto menjawab cacian dengan kerja, tetap tenang. Tidak goyah pada keputusannya.
Malah para menteri yang mulai oleng. Walaupun sudah terang benderang presiden bilang mendahulukan kesehatan ketimbang ekonomi, tetap saja paara menteri ngomelin Anies karena menganggap kebijakan Anies akan mengganggu roda ekonomi yang sudah mulai berputar kembali. Nggak ada yang salah sih keberatan para menteri itu, faktanya memang kaya gitu. Tapi kalau disandingkan dengan ucapan presiden yang mendahulukan kesehatan nampaknya lagi-lagi antara ucapan presiden dan para menteri nggak nyambung.
Anggota DPRD projok juga tidak mau ketinggalan ngomelin Anies. Malah ada yang nanya, apa benar PSBB bisa menekan laju covid? Pertanyaan yang aneh. Kan sama saja dengan nanya, apa benar makan bisa bikin kenyang?
Kepala daerah yang selama ini dikenal sebagai kepala daerah pro Jokowi, beda lagi. Meraka malah mendukung kebijakan Anies. Malah ada kepala daerah yang oleh buzzeRp disanjung sebagai calon presiden memakai istilah yang diluncurkan Anies, injak rem!
Terbaca sekali. Kepala daerah yang projok itu sebenarnya mau banget nerapin lagi PSBB dengan ketat, tapi takut sama junungan. Nah, karena Anies berani ambil resiko, maka mereka pun jadi ikutan berani. Boleh dibilang, dalam hal ini, Anies adalah ketua kelas para kepala daerah.
Kenapa Areif Pouyono yang parpolnya pengusung Anies minta Jokowi memecat Anies nggak disebut? Nggak penting lah. Omongan Pouyono sekelas Nikita Mirzani. Cuma pansos.
Jadi? Entah sudah berapa kali Anies naik kelas. Entah sekarang di kelas berapa. Hitung sendiri saja lah.[]
Related Posts :
Berat Beban Luhut Pandjaitan Menghadapi Said Didu
Berat Beban Luhut Pandjaitan Menghadapi Said Didu
Menyusul laporan Luhut Binsar Pandjaitan (LBP) ke polisi, mantan sekretaris Menteri … Read More...
Kehadiran Perusahaan di Nusa Tenggara Timur (NTT) telah menimbulkan berbagai soal. Kita juga mendengar riak-riak kecil di rakyat, baik di Komodo, Manggarai Barat, Tengah, dan Timur. Kehadiran Perusahan Listrik di Daratei, di Ngada, serta Pulau Timor, juga berbagai kegiatan Proyek termasuk pembangunan Bendungan serta Perkebunan, Peternakan. Terdengar kisah derita, rintihan perlawanan orang-orang tidak berdaya akibat hadirnya usaha-usaha berskala besar di Nusa Tenggara Timur. Saya menyimak protes warga dengan berbagai reaksi spontanitas telah mencuri perhatian, dan sudah saatnya kita mesti menyelami nurani rakyat kecil. Orang Timur dari zaman negara ini, tidak pernah minta-minta dan tidak pernah mengeluh dengan keadaan yang mereka hadapi walau mereka miskin, makanan susah, kurang sehat, pendidikan rendah, rumah yang tidak layak. Rakyat tidak pernah mengeluh, minta-minta atau mengemis ke negara. Mereka makan ubi, singkong, ketela tetap saja mereka bahagia. Beda di Jawa kalau tidak ada beras, gula, daging, garam harus diimpor. Pemerintah kerja keras memenuhi kebutuhan rakyatnya. Kalau wilayah Timur jalan yang rusak itu biasa. Bahkan jalan kaki, naik kuda berkilo-kilo dan bahkan berhari-hari. Rakyat tidak pernah mengeluh dan tetap merasa nyawan dan bahagia. Namun kalau tanah sepetak yang merupakan warisan nenek moyang diambil untuk dibuat tambang atau pariwisata, bisnis hanya untuk memuaskan syahwat para pengusaha dan penguasa, jelas rakyat jelata yang sudah miskin papa dan tidak berdaya pun tidak akan terima. Mungkin nyawa pun mereka pertaruhkan untuk pertahankan hak tanah tempat kehidupan mereka. Dalam kaitan tersebut di atas, kehadiran tambang mangan atau penambangan di NTT harus memperhatikan 9 aspek supaya tidak merugikan rakyat, yaitu: 1. Izin atau perizinan harus transparan dan partisipasif. Jika izin tanpa diketahui warga dan mendapat persetujuan warga pemilik tambang maka tentu harus diprotes. 2. Perizinan jangan lupa melibatkan komunitas sosial atau tatanan adat, dalam hal ini gendang one lingko pea. Perlu persatukan Tua Teno. Dalam hal ini harus perhatikan jangan sampai pemerintah membentuk gendang one dan lingko pea atau justru tua teno palsu, seakan akan hanya menjustifikasi persetujuan rakyat. Ini modus yang selalu ada. Dulu di Sirise pernah terjadi, semoga saja hari ini tidak ada manipulasi tatanan adat. 3. Pengembangan pertambangan perlu memperhatikan soal legalitas dan aspek formal. Dalam hal ini menunjukkan lahan tersebut bersih dari perselisihan hak atas tanah, nilai kultur dan budaya (clear and clean). 4. Perlunya keterlibatan warga sebagai bagian dari pemilik. Tidak sekadar disebut sebagai warga berdampak, tetapi juga sebagai pekerja-pekerja untuk membantu sense of belonging. 5. Kehadiran perusahan perlu memberi nilai lebih dan keuntungan bagi masyarakat lokal pemilik tanah. Ingat mereka adalah pemilik ulayat atas tanah, warisan nenek moyang yang memberi kontribusi berubah tanah dan sumber daya yang terkandung di dalamnya. Dalam konteks ini rakyat mesti disejajarkan dengan pemilik dana dan teknologi berada di horison yang sama (equal). 6. Pemerintah atau negara harus dapat keuntungan sebagai pemegang atau penguasa atas tanah. Perusahaan hadir di suatu wilayah tanpa memberi kontribusi bagi daerah atau nilai kontribusinya tidak sesuai dengan keuntungan atau kerusakan. Kontribusi dari puluhan Perusahan Mangan di Manggarai tahun 2013 hanya 112 juta tumpah. Pembangun sejatinya juga adanya penetrasi kapital dalam hal ini korporasi sebagai mitra pembangunan. 7. Karyawan mesti menjadi mitra yang simbiose in-terdependent, saling menguntungkan di mana pengusaha (owner) sebagai pencipta lapangan kerja (job creator) dan pekerja memberi produktivitas dan melipatgandakan keuntungan bagi pengusaha. Karena itu karyawan mesti sejahtera dan hak-haknya terpenuhi. 8. Pengusaha harus mendapat keuntungan jika tidak dapat untung maka untuk apa perusahan hadir. 9. Kelestarian lingkungan harus dijaga. Lingkungan penting bagi kehidupan makhluk hidup, kehadiran Perusahaan tidak boleh merusak lingkungan. Perusahaan harus memastikan ekosistem tidak dirusak, biota tetap terjaga. Usaha di atas ekologi yang baik akan bermanfat bagi kelangsungan hidup. Pembangunan usaha tidak berperspektif teknologis tetapi juga ekologis dan antropologis. Kita dapat membayangkan ketika “burung pipit yang kecil di atas pohon, tiba-tiba terjadi kebakaran, burung pipit tersebut terbang jauh mencari tempat yang aman dari kebakaran, namun karena kebakarannya meluas ribuan hektar maka burung pipit yang terbang bermil-mil tersebut juga mati karena tidak ada pohon yang hidup. Demikian cara memandang kehadiran sebuah Perusahaan, bagaimana menerapkan nilai-nilai humanitarianisme. Jangan sampai rakyat korban dan miskin secara struktural akibat kelalaian pemerintah dan korban teknologis karena kejahatan usaha (bisnis) Penulis: Natalius Pigai
[PORTAL-ISLAM] Kehadiran Perusahaan di Nusa Tenggara Timur (NTT) telah menimbulkan berbagai soal. Kita juga mendengar riak-riak ke… Read More...
Kenapa Masjid Ditutup, Tapi Bandara dan Mall Bebas Dibuka?
Bila Tak Adil
Sedari awal lagi, ketika mulai dikampanyekan stay at home, masjid-masjid langsung ditutup, bahkan sudah berjum'at-jum'at… Read More...
Keselamatan Rakyat merupakan Hukum Tertinggi bagi suatu Negara, Kesejahteraan No 2
Salus populi suprema lex esto. Keselamatan rakyat merupakan hukum tertinggi bagi suatu negara, itulah pesan Marcus Tullius Cicero atau C… Read More...
Jubir Presiden Fadjroel Lama Tidak Muncul, 'Diistirahatkan' Karena Kerap Blunder?
Jubir Presiden:
Fadjroel Kok Lama Tidak Muncul?
Ada yang sempat memperhatikan tidak? Lebih dari satu bulan terakhir Juru Bicara (Jubi… Read More...