[PORTAL-ISLAM] Palestina memutuskan mundur dari kursi ketua pertemuan Liga Arab setelah ditandatanganinya kesepakatan normalisasi hubungan Arab dengan Israel. Hal ini disampaikan menteri luar negeri Palestina pada Selasa (22/9).
Dilansir dari Aljazeera, Palestina menganggap kesepakatan antara Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain dengan Israel itu sebagai pengkhianatan perjuangan mereka. Penandatanganan kesepakatan di Washington tersebut merupakan pukulan telak bagi upaya mereka untuk mendirikan negara merdeka di wilayah yang diduduki Israel.
Awal bulan ini, Palestina gagal membujuk Liga Arab untuk mengecam negara-negara yang melanggar dan menormalisasi hubungan dengan Israel. Negara itu pun seharusnya memimpin pertemuan Liga Arab selama 6 bulan ke depan. Namun, Menteri Luar Negeri Riyad al-Maliki mengatakan dalam jumpa pers di Kota Ramallah, Tepi Barat yang diduduki, bahwa mereka tak lagi menginginkan posisi itu.
"Palestina telah memutuskan untuk melepaskan haknya dalam memimpin rapat dewan Liga saat ini. Kami merasa tak dihormati melihat negara-negara Arab terburu-buru menuju normalisasi selama masa kepemimpinan," ujar Maliki.
Baca Juga
- Info terbaru AS sudah siapkan 6 pesawat pembom siluman B-2 untuk menargetkan fasilitas nuklir Iran
- Sarawak baru saja mengumumkan pendidikan tinggi gratis untuk semua warga Sarawak yang belajar di universitas
- Investor Korea resah, sudah terlanjur invest Triliunan Won di Indonesia kini terancam pasca UU TNI disahkan
Dalam pidatonya, ia tak menyebut UEA dan Bahrain secara spesifik. Menurut Maliki, Sekretaris Jenderal Liga Arab Ahmed Aboul Gheit telah diberi tahu keputusan Palestina itu.
Palestina ingin negaranya berdaulat berdasarkan perbatasan de facto sebelum perang 1967. Dalam perang itu, Israel menduduki Tepi Barat dan Jalur Gaza serta mencaplok Yerusalem Timur.
Negara-negara Arab pun telah lama menyerukan penarikan Israel dari tanah yang didudukinya secara ilegal. Langkah ini dianggap sebagai solusi yang adil bagi pengungsi Palestina dan penyelesaian untuk membentuk negara Palestina yang merdeka sebagai imbalan menormalisasi hubungan dengan Israel.
Sumber : Republika