Komentari Twit Prof Henri Subiakto, Fadli Zon Sebut Intelektual Kaleng-kaleng



[PORTAL-ISLAMGuru Besar Universitas Airlangga (Unair), Prof Henri Subiakto kembali dibully di media sosial lantaran cuitannya tentang demo UU Omnibus Law Cipta Kerja.

Dalam cuitannya, Staf Ahli Menteri Kominfo Bidang Hukum itu menyindir intelektual yang ikut demo seperti buruh.

“Buruh demo itu logis, karena kekuatan utama mereka memamg di situ bukan di argumentasi. Tapi kalau ngaku intelektual ikut demo seperti buruh, berarti mereka lemah dalam argumentasi, dan enggan adu dalil dan konsep di MK. Lebih senang atau menikmati budaya grudak gruduk,” cuit Prof Henry melalui akun Twitter pribadinya, @henrysubiakto.

Henry memuji para intelektual yang bersedia adu argumentas di mimbar akademis, bukan yang suka grudak-gruduk.

“Saya menghormati intelektual yang bersedia adu argumentasi dalam mimbar akademis dan forum hukum di pengadilan, karena di situlah kemampuan intelektual dan pengetahuannya diuji. Bukan yang ikut grudak gruduk demo dan ribut di medsos dengan bahas provokasi,” imbuhnya.

Cuitan Henri mendapat reaksi dari warganet. Mereka membully guru besar Unair itu.

Anggota DPR RI Fadli Zon turut memberikan komentar. Wakil Ketua Umum Partai Gerindra itu menyindir Prof Henry dengan menyebut intelektual kaleng-kaleng.

“Bedakan antara intelektual organik yang menyuarakan kebenaran dengan intelektual kaleng-kaleng yang menghamba kekuasaan sambil cari peluang jabatan,” sindir Fadli Zon.

Beberapa warganet membagikan tweet Prof Henry saat melakukan aksi demonstrasi di Amerika Serikat.

“Prof saya ingin tanya, apakah bapak intelektual yang satu ini juga “lemah dalam argumentasi” dan “lebih senang atau menikmati budaya grudak gruduk?,” tanya Aqwam Fiazmi Hanifan melalui akun Twitternya, @aqfiazfan.

Setelah mendapat banyak komentar negatif dari warganet, Henry Subiakto lantas mengklarifikasi cuitannya.

“Tweet saya ini konteksnya demo UU Ciptakerja sekarang, bukan demo dalam arti luas. Kita ini di negara demokratis yang semua forum bisa dipakai. Aku ngetwit itu hanya dalam beberapa karakter untuk bahan diskusi, kalau mau argumentasi yang luas bikin forum akademik, atau di MK,” kata Henry Subiakto.
Share Artikel: