Menasehati Penguasa secara Terang-tetangan menurut Imam An-Nawawi
Menasehati Penguasa secara Terang-tetangan menurut Imam An-Nawawi:
وَفِيهِ الْأَدَبُ مَعَ الْأُمَرَاءِ ، وَاللُّطْفُ بِهِمْ ، وَوَعْظُهُمْ سِرًّا ، وَتَبْلِيغُهُمْ مَا يَقُولُ النَّاسُ فِيهِمْ لِيَنْكَفُّوا عَنْهُ ، وَهَذَا كله اذا أمكن ذَلِكَ ، فَإِنْ لَمْ يُمْكِنِ الْوَعْظُ سِرًّا وَالْإِنْكَارُ ، فَلْيَفْعَلْهُ عَلَانِيَةً لِئَلَّا يَضِيعَ أَصْلُ الْحَقِّ.
[النووي، شرح النووي على مسلم، ١١٨/١٨]
"(Dalam hadits ini) padanya terkandung adab terhadap para pemimpin. Bersikap lembut kepada mereka, menasehati secara diam-diam serta menyampaikan apa yang orang-orang (rakyat) katakan tentang mereka (pemimpin), agar supaya mereka (pemimpin) berhenti darinya (keburukan). Hal demikian jika kondisi memungkinkan. Jika tidak memungkinkan untuk menasehati dan mengingkari secara diam-diam, maka hendaknya dilakukan secara terang-terangan agar supaya kebenaran itu tidak hilang".
(An-Nawawi, Syarah Shahih Muslim, 18/118).
Semoga mereka tidak mengatakan bahwa Imam An-Nawawi adalah Khawarij yang terpengaruh Manhaj Ikhwan..😀
Nb. Sumber teks Arabnya dari status Ust. Alfitri.
(Ustdaz Rappung Samudin)