Syahganda dan Fadjroel, Teman Seperjuangan Sama-sama Dipenjara Orba, Kini Terbukti Siapa Aktivis Sejati
[PORTAL-ISLAM] Selasa (13 Oktober 2020) subuh, Syahganda Nainggolan dijemput tim Siber Bareskrim Polri di rumahnya, Perumahan Griya Tugu Asri, Cimanggis, Depok, Jawa Barat. Dia adalah salah satu tokoh Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) yang ditangkap hari itu dan kini ditahan di Rutan Bareskrim Polri, Jakarta Selatan.
Bersama dua tokoh KAMI lainnya, Jumhur Hidayat dan Anton Permana, dia ditetapkan sebagai tersangka pelanggaran Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) dengan tuduhan telah melakukan penghasutan demonstrasi penolakan UU Cipta Kerja.
Siapa Syahganda Nainggolan? Sebagai aktivis, bukan kali ini saja dia berurusan dengan ”bahaya”. Syahganda pernah dituduh sebagai salah satu pengelola alias admin akun @triomacan2000. Akun ini sering melontarkan bola panas korupsi di media sosial twitter. Syahganda juga pernah memprediksi rezim kejatuhan Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) dalam kanal YouTube Realita TV yang diunggah pada Jumat 28 Februari silam.
Syahganda memang dikenal sebagai aktivis sejak masa kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 1984 hingga 1989. Di ITB, Syahganda menjadi rekan seperjuangan Fajroel Rachman, Juru Bicara Presiden Jokowi dan Pramono Anung yang kini menjabat sekretaris kabinet.
Pria kelahiran Medan 27 November 1965 itu di-drop out dari ITB dan masuk penjara karena aktivitas politiknya menentang Pemerintahan Orde Baru (Orba). Dia divonis sepuluh bulan penjara saat itu.
Syahganda dan Fadjroel adalah teman seperjuangan, sama-sama dari ITB dan sama-sama pernah dipenjara di era Orde Baru karena melawan rezim Soeharto.
Namun kini di era rezim Jokowi beda kubu dan beda nasib. Fadjroel menikmati jabatan di Istana, sementara Syahganda mendekam di penjara.
Sebelum ditangkap, Syahganda pernah berbagai cerita tentang kedekatannya dengan Pramono Anung dan Fadjroel Rachman ketika menjadi aktivis. Ketiganya, kalau diamati, terasa dekat kala itu.
“Pramono Anung kerjanya dulu ngipas2 aku utk jd aktifis mhs. Aku sering dikontrakannya. Disitu ada bendera DM ITB & dia sumpah lawan rezim,” ujarnya di akun Twitter-nya.
Syahganda menggambarkan kala itu kamar Pramono reyot. Sampai-sampai kepalanya pernah kena paku. Ia dan Haris mahasiswa angkatan 84 akhirnya membawa Pramono ke RU pukul 1 malam.
“Dia dulu mhs radikal, knp kini tega lht mhs dianiaya? Pramono Anung, sadar dan insyaflah dikau. Malu dong sama masa lalumu sebagai demonstran radikal di ITB,” imbaunya sembari mengenang.
Pun dengan kenangannya bersama Fadjroel, yang ketika itu diakuinya, dirinyanya lah yang mengobati kepala Fadjroel di dalam salah satu aksi.
“Kepala Fadjroel Rahman, 12 April 1989 bocor dipukul polisi pas aksi “Kacapiring” depan Balaikota Bandung. Nangis2 dia. Saya yg obati di Jur. Geodesy ITB & himpun ribuan massa melawan balik,” kenangnya kembali.
Dengan kenangan itu, sebagai aktivis kala itu, ia seperti membandingkan bagaimana perlakuan aparat kepolisian saat itu dengan sekarang (boleh jadi). Polisi, kata dia, kala itu menghormati para massa aksi yang turun ke lapangan ketika dalam keadaan istirahat.
“Tapi dulu polisi tidak mukul orang yang sedang istirahat. Polisi dulu lebih hormati demonstran,” kata dia.
Kini posisi Syahganda dengan keduanya berbeda. Keduanya duduk di pemerintahan (pendukung rezim), sedangkan Syahganda kontra rezim dengan segala akibatnya.
Walau ditangkap, dipenjara dan diborgol dipamerin layaknya penjahat kelas kakap, tak ada kesedihan pada Syahganda.
Lihatlah sorot matanya dan acungan jempolnya. Beliau aktivis sejati.