Betapa Adilnya Khalifah Umar, Nyawa Setiap Makhluk Ada Harganya, Apalagi Nyawa Manusia...

 tempat yang dulu digunakan oleh kaum Quraisy untuk melakukan musyarawah Betapa Adilnya Khalifah Umar, Nyawa Setiap Makhluk Ada Harganya, Apalagi Nyawa Manusia...
Betapa Adilnya Khalifah Umar, Nyawa Setiap Makhluk Ada Harganya

Imam as-Syafii dalam kitab Musnad-nya, telah mengeluarkan riwayat dari Nafi’ bin ‘Abd al-Harits radhiya-Llahu ‘anhu. Nafi’ bin ‘Abd al-Harits adalah Amir Makkah kala itu. 

Dia berkata, ‘Umar bin al-Khatthab radhiya-Llahu ‘anhu telah tiba di Makkah. Beliau memasuki Dar an-Nadwah, tempat yang dulu digunakan oleh kaum Quraisy untuk melakukan musyarawah. Letaknya lurus dengan Hijr Ismail, di luar Baitullah..

‘Umar pun memasuki Dar an-Nadwah pada hari Jum’at. Beliau ingin mendekat dari sana menuju ke Masjid al-Haram, maka beliau menggelar surbannya di sebuah tiang di Baitullah. Ketika itu, ada burung yang hinggap di surbannya, maka beliau pun menghalaunya. Burung itu pun berpindah namun tiba-tiba diterkam ular, sehingga ular itu pun berhasil membunuhnya.

Setelah selesai mengerjakan shalat Jum’at, aku bersama ‘Utsman radhiya-Llahu ‘anhu masuk menemuinya, lalu Umar berkata, “Putuskanlah oleh kalian berdua perkaraku ini, sesuatu yang telah aku lakukan hari ini. Aku hari ini telah memasuki Dar an-Nadwah. Aku ingin mendekat dari sana ke arah Masjid al-Haram. Aku pun menggelar surbanku ini dekat sebuah tiang ini, sehingga dihinggapi burung merpati ini. Aku khawatir dia mengeluarkan tahinya ke surbanku, maka aku pun menghalaunya dari sana. Tiba-tiba dia pun terbang dan hinggap di tiang lain, sehingga dia diterkam oleh ular, dan ia pun membunuhnya. Aku merasa, bahwa akulah yang menghalaunya dari satu tempat yang aman, menuju tempat yang menyebabkan dia diterkam oleh ular.” 

Aku [Nafi’ bin ‘Abd al-Harits] berkata kepada ‘Utsman bin ‘Affan radhiya-Llahu ‘anhu, “Bagaimana pendapatmu tentang anak yang masih ingusan hendak menghukumi Amirul Mukminin?” ‘Utsman radhiya-Llahu ‘anhu juga berkata, “Aku pun sama, berpendapat demikian.” ‘Umar pun memutuskan perkaranya.

Begitu luar biasanya ‘Umar, hatta terhadap seekor burung merpati, yang dimakan ular, meski bukan karena kesalahannya langsung, tetapi dia merasa bersalah, dan minta dihukum atas tindakannya, yang dianggap menjadi jalan bagi terbunuhnya burung itu. 

Subhanallah...

Share Artikel: