Hingga 1 Pekan, Jumlah Vaksinasi Corona Masih Rendah: Baru 49.212 orang dari target 1,4 juta orang Tenaga Kesehatan

 Realisasi vaksinasi Coronavirus Disease  Hingga 1 Pekan, Jumlah Vaksinasi Corona Masih Rendah: Baru 49.212 orang dari target 1,4 juta orang Tenaga Kesehatan
Jumlah Vaksinasi Corona Masih Rendah

- Realisasi vaksinasi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) bagi tenaga kesehatan hingga kemarin masih di bawah sepuluh persen.
- Secara keseluruhan, total tenaga kesehatan yang sudah menerima vaksin Covid-19 mencapai 49.212 orang dari target 1,4 juta orang. 801101
- Pemerintah mengklaim vaksinasi corona terhambat proses registrasi ulang tenaga kesehatan.

Realisasi vaksinasi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) bagi tenaga kesehatan hingga kemarin masih di bawah 10 persen. Tercatat dari 92 kabupaten dan kota penyelenggara vaksinasi corona tahap pertama, ada 60 daerah dengan capaian imunisasi masih di bawah 10 persen.

Beberapa daerah yang capaian imunisasi corona di bawah 10 persen merupakan zona merah. Misalnya, Kota Bogor, dengan realisasi vaksinasi corona hanya mencapai 9,4 persen hingga kemarin. Dari 9.731 tenaga kesehatan yang menjadi sasaran imunisasi di Kota Bogor, baru 846 orang yang divaksin. Lalu ada 105 orang menunda jadwal vaksinasinya.

Kondisi serupa terjadi di Kabupaten Gianyar, Bali. Realisasi vaksinasi di Gianyar baru mencapai 8,52 persen. Sesuai dengan data pemerintah, dari 3.874 tenaga kesehatan yang menjadi sasaran imunisasi, baru 314 orang divaksin.

Secara keseluruhan, total tenaga kesehatan yang sudah menerima vaksin Covid-19 mencapai 49.212 orang dari target 1,4 juta orang. Dari jumlah itu, 560.204 orang sudah melakukan registrasi ulang sebagai peserta imunisasi lewat aplikasi Peduli Lindungi milik Kementerian Kesehatan.

Juru bicara program vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan pemerintah tak membedakan pelaksanaan vaksinasi corona di daerah zona merah maupun zona hijau. Ia mengatakan jatah vaksin diberikan sesuai dengan jumlah tenaga kesehatan yang berada di daerah tersebut.

Menurut Nadia, penyebab rendahnya capaian vaksinasi di sejumlah daerah adalah tenaga kesehatan kesulitan melakukan registrasi ulang pada masa awal program imunisasi corona. Nadia mengklaim bahwa kondisi tersebut menghambat pelaksanaan imunisasi. "Karena kendala registrasi," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan tersebut kepada Tempo, kemarin.

Dokter di Rumah Sakit Umum Pusat dr Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Kevin Fachri Muhammad, mengaku kesulitan pada masa awal melakukan registrasi ulang untuk mendapat tiket vaksinasi. Ia mengatakan langsung mendaftar pada 13 Januari lalu atau hari pertama pelaksanaan vaksinasi. Namun Kevin dua kali gagal melakukan registrasi ulang. Ia baru berhasil mendaftar ulang pada percobaan ketiga. “Tapi sampai sekarang belum ada panggilan kapan akan divaksin,” kata Kevin.

Direktur Perencanaan, Organisasi, dan Umum RSHS Bandung, Muhammad Kamaruzzaman, menargetkan rencana vaksinasi massal di rumah sakitnya bisa diakses oleh 4.000 tenaga medis, tenaga kesehatan, dan karyawan rumah sakit. Ia telah mengantisipasi masalah kesulitan mendaftar secara daring dengan jalan pihak rumah sakit menyiapkan formulir pendaftaran manual. Formulir itu dapat diisi langsung di lokasi vaksinasi.

Waktu vaksinasi massal di RSHS Bandung direncanakan berjalan selama 10 hari, terhitung sejak 18 Januari lalu. Lokasi penyuntikan dilakukan di dua gedung dengan target 400 orang per hari. Vaksinasi akan dilakukan dari pagi sampai sore, yang dibagi dalam tiga sesi. “Jangan sampai gara-gara pendaftaran enggak bisa masuk menyebabkan kesempatan divaksin menjadi terlambat,” kata Kamaruzzaman.

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jawa Barat, Eka Mulyana, menyebutkan jumlah dokter di Jawa Barat ada 20 ribuan orang yang tersebar di 27 kota dan kabupaten. Sebaran dokter terbanyak berada di bagian utara dan timur, seperti Karawang, Bekasi, Depok, Bogor, dan Bandung. Sedangkan di selatan Jawa Barat, seperti Banjar dan Ciamis, hanya berkisar 200 orang dokter.

Walau penyebaran dokter tidak merata, Eka mengatakan, semua dokter menjadi prioritas untuk divaksinasi Covid-19. “Karena secara umum sama risikonya menghadapi pasien yang punya gejala Covid-19 atau tidak, itu sama-sama bisa menularkan,” katanya.

(Sumber: Koran TEMPO, Kamis, 21 Januari 2021)

Share Artikel: