Merawat Kearifan Masyarakat: Belajar dari Malaysia
Merawat Kearifan Masyarakat
Saya tidak tahu, apakah memang ada aturan resmi dari Pemerintah Malaysia atau dari sekolah negeri di sana, bahwa murid perempuan wajib berjilbab.
Tapi sejauh yang saya lihat, nyaris semua murid perempuan di sana yang bersekolah di sekolah negeri memakai jilbab.
Tak setakat jilbab, tapi jilbab panjang yang menjulur melampaui dada. Atau sebagian orang menyebutnya tudung labuh.
Memang tidak semua murid perempuan di sekolah negeri di Malaysiaa memakai jilbab. Ada juga yang tidak berjilbab, biasanya adalah siswi-siswi dari suku Cina dan India yang memang tidak beragama Islam.
Tapi harus diingat, bahwa murid perempuan non muslim memang tidak berjilbab. Namun mereka tetap memakai baju dan rok sebagaimana siswi (Islam) lainnya.
Baju-baju murid perempuan untuk sekolah negeri di Malaysia, sungguh sangat sopan. Bukan kemeja lengan pendek atau rok yang masih memperlihatkan betis.
Tapi baju mereka adalah baju lengan panjang, dengan ukuran agak gombor dan panjangnya pun sampai melampaui pinggul.
Roknya pun sama, agak gombor dan memanjang sampai mata kaki.
Jadi murid perempuan yang tidak beragama Islam sekalipun, tetap memakai seragam sekolah semestinya seperti yang menjadi seragam siswi kebanyakan.
Hanya saja mereka tidak berjilbab. Karena berjilbab memang adalah aturan agama, yang hanya wajib bagi muslimah. Sedang busana dari pundak ke bawah, seyogyanya tetap mengikuti kebiasaan (kultur) pakaian kebanyakan perempuan setempat.
Semisal di Sumatera Barat, dengan suku Minang yang identik dengan busana perempuan yang menutup aurat, maka murid perempuan di sana memang sepantasnya memakai seragam yang menutup aurat.
Terkecuali jilbab, yang memang adalah ajaran agama (Islam), boleh saja kalau penutup kepala muslimah tersebut dikecualikan bagi siswi non muslimah.
Tapi itu tidak bisa dijadikan pembenar untuk kemudian Pemerintah (pusat) melarang sekolah atau Pemerintah Daerah membuat aturan bagi peserta didiknya sesuai dengan kearifan lokal masing-masing.
Percayalah, serapi apapun upaya penguasa untuk mencerabut ruh agama dan kultur kepantasan dari masyarakat, tak akan pernah berjaya, walau mereka merekatkan segenap otot.
Sebab agama dan kearifan kita lebih digdaya dari kekuasaan apapun!
Jum'at, 05-02-2021
Oleh: Ustadz Abrar Rifai
(Pengasuh Ponpes Babul Khairat Malang)
*Foto atas: Pelajar Malaysia