Tentang ZAIM SAIDI yang Ditangkap Polisi

Tentang ZAIM SAIDI yang Ditangkap Polisi Tentang ZAIM SAIDI yang Ditangkap Polisi
Tentang ZAIM SAIDI yang Ditangkap Polisi

Oleh: Farid Gaban (wartawan senior)

Saya lama mengenal mas Zaim Saidi, perintis Pasar Muammalah yang ditahan polisi. 

Kami pernah bekerja bersama di Harian Republika dan di lembaga kajian Reform Institute. Beberapa kali saya membantu menulis dan merancang poster ketika mas Zaim menjadi Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI). Kami juga terlibat dalam beberapa proyek bersama penulisan buku.

Saya mengenal mas Zaim sebagai orang yang sangat santun. Meski lembut, mas Zaim orang yang sangat kukuh dalam pendirian, khususnya dalam bidang ekonomi syariah. Belakangan, dia menjadi pionir dinar/dirham. 

Saya masih ingat beberapa tahun lalu, mas Zaim minta saya merancang koin dinar (dia tahu saya juga perancang grafis/graphic designer). Hanya karena disibukkan hal-hal lain, saya urung merancangnya.

Beberapa pandangan/konsep maupun praktek ekonomi/politik syariah mas Zaim lebih mendasar ketimbang Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), apalagi Front Pembebasan Islam (FPI). Mas Zaim juga berpandangan bahwa sistem ekonomi/perbankan syariah yang ada sekarang telah terlalu jauh dikooptasi oleh negara dan diselewengkan.

Meski kukuh dengan prinsip, mas Zaim tidak pernah menyerang secara pribadi orang lain yang tidak sependapat. Hampir tak pernah saya melihat dia marah, bahkan ketika dia dikritik tajam oleh rekan lain. 

Saya tidak sepenuhnya sependapat dengan mas Zaim. Tapi, saya menghormati hak mas Zaim untuk menganut dan menyebarkan pendapat serta tafsirnya tentang syariah. Termasuk tentang praktek penggunaan dinar.

Sampai kini, "kejahatan" yang dituduhkan oleh polisi kepada mas Zaim masih diperdebatkan, termasuk oleh kalangan Nahdlatul Ulama.

Saya melihat apa yang dilakukan mas Zaim adalah bagian dari kebebasan berekspresi dan berserikat yang dilindungi oleh konstitusi (UUD 1945). Bahkan jika yang mas Zaim promosikan adalah sistem khilafah.

Cara ekonomi (seperti barter) dan keragaman alat tukar (uang bambu, uang digital, bitcoin) adalah bagian dari keragaman komunitas-komunitas baik tradisional maupun modern, di luar urusan soal syariah.

Untuk mengenal lebih jauh mas Zaim, di bawah ini tulisan Mohammad As'adi, kakak kandungnya.

------

INGAT AYAH

Malam ini, mendadak saya dapat telpon melalui wa, Saya tak kenal nomernya tapi tetap saya angkat. Setelah menyapa, ia baru mengaku teman saya di dunia maya, yang tinggal di Batam. 

*Mas Asad asli Parakan Temanggung kan?

-Iya mas

*Apa kenal Pak Zaim Saidi, Pendiri Pasar Muamalah Depok?

-Oh….tidak hanya kenal mas…karena dia adik kandung saya. Apa mas kenal?

*Oh saya beruntung kenal mas As'adi, ternyata kakaknya Pak Zaim, ndak nyangka saya, saya memang tidak kenal, saya banyak membaca tulisannya di berbagai Koran nasional, Pak Zaim itu luar biasa, kalau tidak salah tafsir dari pemikirannya, beliau adalah seorang muslim yang ingin hidup dengan menjalankan syariat secara kaffah (utuh). Tidak hanya sebatas pada peribadatan tetapi juga masalah keseharian.

Saya dengar beliau juga banyak menulis buku tentang ekonomi syariah. Tapi kok tiba-tiba ada ‘kompor’ yang menjerumuskan beliau ke urusan hukum Bahkan langsung dijadikan tersangka oleh Mabes Polri dalam kasus pendirian pasar Muamalah ? Bukankah beliau tidak tipu-tipu  ? Bukankah beliau tidak memiliki cacat sedikitpun dalam kehidupan berbangsa ?  Bukankah beliau sangat jauh lebih baik dari Abu Janda ? Sedih…

-Saya tidak tahu mas….yang saya tahu penangkapan adik saya itu sekarang jadi kontroversi pakar hukum, bahkan PBNU pun ikut bicara dan yang saya tahu Zaim berpegang teguh pada kebenaran yaitu hidup menjalankan syareat yang kaffah, tidak lebih dari itu dan saya pikir apa yang dilakukan adik saya itu sesuai keinginan muslim seluruh dunia.

Usai obrolan itu saya jadi ingat ayah. Di masa tuanya, setelah ditinggal ibu ayah sering ngobrol dengan saya, dan ia selalu menyinggung keinginannya.

"Dari empat belas anak yang masih hidup ini, saya bermimpi ada yang jadi seperti Imam Ghazali, atau seorang sastrawan seperti Jalaluddin Rumi. Dan saya ingin anak-anak menjadi orang-orang yang bermanfaat bagi orang lain. Karena itulah sebaik-baik manusia."

Penangkapan Zaim yang sampai malam ini masih menjadi kontroversi baik di kalangan pakar hukum maupun kalangan pelaku enonomi syariah, serta membanjirnya dukungan terhadap Zaim, benar-benar mengingatkan saya pada keinginan ayah yang dikatakan tidak hanya satu kali. Barangkali, ya barangkali Zaim lah yang terpilih menjadi sosok yang diimpikan ayah.

Ia masih kecil, apalagi dibandingkan dengan Imam Ghazali, tetapi setidaknya adik saya ini telah menunjukkan bakatnya, tidak saja sebagai seorang penulis dan pemikir, tetapi juga memiliki komitmen menjalankan kebenaran sebagai seorang muslim.

Selain melahiran banyak pemikiran tentang ekonomi syariah, Zaim sedikitnya telah menulis 15 judul buku diantaranya Secangkir Kopi Max Havelaar, Balada Kodok Rebus, serta beberapa buku tentang Riba, Dinar dan Dirham. Dan tentu buku yang menjadi best seller bertajuk Tidak Syar’inya Bank Syariah. 

Lantas kenapa ia kini ditangkap Polisi karena mendirikan pasar Muamalah yang lebih adil ketimbang kapitalis atau sosialis? Pertanyaan ini saya jawab sendiri –Karena negara ini lucu-

Jawaban itu membuat saya bergumam sendiri -sudahlah, sekarang banyak pakar hukum, ormas Islam, dan tokoh tokoh Islam yang siap bantu adik saya. Apalagi anak yang dulu cukup bandel ini tidak memiliki cacat apalagi jejak kriminal. Dengan kebenaran yang dipegangnya, saya percaya Allah akan memberikan sesuatu yang lebih baik.  

Saya jadi ingat Benazir Butho, Nelson Mandela, Soekarno, Hamka, mereka bukan kriminal. Mereka adalah korban banyak kepentingan, tidak saja penguasa tetapi juga pihak-pihak yang merasa ketakutan karena berseberangan dengan penguasa. Dengan dalih yang dibuat-buat seakan merupakan representasi undang-undang mereka harus keluar masuk bui. Tetapi nyatanya, karena ada kebenaran yang mereka pegang teguh akhirnya justru menjadi orang-orang besar.

Kita semua harus husnudzon pada Allah. Barangkali inilah cara Allah mengangkat derajad seseorang, apalagi jika ia benar-benar memiliki komitmen menjalankan sesuai apa yang dikehendaki Nya. Sekarang semua orang mengenal sosok Zaim Saidi, semua orang ingin membaca buku-bukunya. Insyaallah.

Malam ini mendadak aku rindu ayah dan ingin bercerita tentang anak-anaknya.

(Temanggung, 5/02/2021)

Share Artikel: