TUKANG LAPOR
TUKANG LAPOR
Kalian tahu, tabiat suka melapor itu, kadang bagus, kadang jelek. Tergantung situasi dan apa yang dilaporkan. Misal, ada teman di kantor diam-diam korupsi, itu wajib dilaporkan, biar ditangkap. Ada nenek2 tinggal di kandang kambing, tidak punya makanan, itu wajib dilaporkan, biar ada yang segera membantunya. Tanpa harus nunggu viral.
Tapi ada juga lapor yang ngeselin. Ada tetangga yang negur, itu mobil jangan diparkir di jalan, orang nggak bisa lewat. Ngamuk, lapor ke polisi, tersinggung gara2 ditegur. Padahal yg negur betul sekali. Ada yang nagih utang, segera lunasin. Tidak terima ditagih. Ngamuk, lapor ke polisi. Padahal yang nagih, kan memang haknya dia.
Dan lebih kacau lagi, masalah dia bukan, segala bukan, dia tetap tidak terima. Misal: pemerintah dikritik, tidak terima, lapor ke polisi. Ada yang mengkritisi ini itu, tersinggung, nuduh radikal-lah, nuduh inilah, itulah, lapor ke polisi. Padahal yang dikritik kan bukan dia? Kok dia malah lapor? Entahlah.
Tapi baiklah, orang2 ini memang aneh. Kok aneh? Coba perhatikan tabiat tukang lapor ini:
1. Mereka selalu pakai organisasi abal-abal. Lumrah sekali orang2 ini mendadak bikin organisasi, misal PECI, Pemuda Cinta Indonesia. PETE, Pembela Toleransi dan Emansipasi, PSBB, Persatuan Suka Bala-Bala, PPPB, Pemuda Pura-Pura Bahagia. Adaaa saja organisasi yg mendadak mereka bentuk tersebut. Dengan nama seolah paling patriot. Aneh kan?
2. Kalau tidak pakai organisasi abal-abal, mereka minjam nama lembaga. Misal, pinjam nama alumni kampus. Ini aneh sekali. Itu betul, mungkin mereka memang alumninya, tapi whaaat? Kamu dan teman2 kamu itu jelas bukan suara kampus tsb. Kenapa sih harus bawa2 nama kampus? Apalagi yg sampai bawa2 organisasi agama besar. Ciyus? Pendiri organisasinya boleh jadi sedih lihat kelakuanmu yang dikit2 lapor.
3. Pengin banget laporannya diperhatikan. Ini aneh sekali sebenarnya. Kalau mau lapor, ya lapor saja ke polisi. Tidak perlu panggil2 wartawan, bikin press release. Itu kan masalah hukum, bukan? Urusannya penegak hukum. Kalau kamu belum apa2 sudah bergaya di depan kamera, duuh, itu nggak jelas lagi, hukum atau nyari panggung.
Pada akhirnya, semoga kalian tidak jadi bagian tukang lapor yang ngeselin. Bikin rusuh. Bikin berisik. Lagi pandemi gini, berhentilah dikit2 lapor polisi, dikit2 lapor sana, lapor sini. Nah, jika kamu memang mau rusuh, kayak aktivis anti korupsi gitu loh. Mereka berisik melaporkan koruptor. Mereka gaduh membongkar fakta, memviralkan masalah2 seperti Djoko Tjandra, dll. Itu baru bagus.
Atau kamu memang sedang sibuk carmuk, alias cari muka? Syukur2 besok dilirik gitu? Kasihan.
By Tere Liye
(Penulis novel 'Negeri Para Bedebah')
*Sumber: fb