Akhlak Mulia Pak Gubernur dan Kisah Tentang Geser Kursi
Dalam sebuah perhelatan Rapat Kerja Wilayah di salah satu partai, saya ditunjuk sebagai petugas protokoler yang bertugas mengawal Pak Gubernur.
Meskipun sering mengikuti bagaimana beliau via medsos, saya pikir bertemu langsung dari dekat tentulah berbeda.
Seperti biasa dalam standar operasional protokoler, awal beliau datang, langsung kami kawal ke ruang VIP untuk duduk di kursi yang telah disiapkan.
Seperti yang terlihat di dunia maya, di dunia nyatapun dengan ramah beliau sapa dan salam kepada satu per satu pengurus teras partai.
Bergegas kami persilakan dan tunjukkan kursi yang disediakan untuk beliau. Tetapi beberapa kyai dan ulama yang sudah hadir lebih beliau prioritaskan. Sapa hangat dan salam takzim kepada para kyai dan ulama beliau lakukan, seakan bertemu guru yang sangat dihormatinya. Dilayaninya satu persatu permintaan foto bersama para kyai dan ulama tersebut. Kami para protokoler, untuk sementara dicuekin.
Di akhir acara, misi kami adalah bagaimana memastikan beliau berkenan lunch (makan siang -red) bersama para petinggi partai. Walaupun sedang banyak agenda, dengan sedikit argumen, akhirnya beliau berkenan.
Bapak Sekretaris Jenderal DPP sudah menunggu di meja, sementara Ketua DPW masih sibuk melayani konferensi pers awak media. Menariknya, saat kami persilahkan Pak Gubernur untuk duduk di meja yang disediakan, beliau perhatikan satu per satu kursi. Walaupun kami persilahkan duduk dimana saja yang beliau berkenan, tetap beliau cari kursi yang ada nama beliau. Seraya berkata, "Kita tidak boleh menggeser kursi orang," sambil tersenyum.
Bagi saya pribadi, apa yang beliau tunjukkan selama beberapa saat berinteraksi, sungguh lah akhlak mulia. Hormat kepada kyai-ulama dan tidak petentang-petenteng walaupun jabatan dan kesibukan penting lainnya bisa dijadikan alasan.
Langsung teringat pesan beliau di panggung, "Kader PKS memiliki ciri berinteraksi dengan akhlak yang baik. Para kader PKS harus jaga ini karena ini bekal luar biasa yang belum tentu dimiliki tempat-tempat lain. Ini dijaga karena bagaimanapun ini adalah sebuah gerakan dakwah dan itulah pilarnya."
Usai acara, tanpa sengaja, berpapasan lagi dengan beliau. Saya ucapkan, "Terima kasih, Pak!" Langsung beliau jawab, "Sami-sami," sambil menangkupkan tangannya di dada.
Sungguh, saat itu serasa menjadi warga yang paling beruntung bertemu pemimpinnya.
By Nur Rochim
(Kabid Tenaga Kerja DPW PKS DKI)
*Sumber: LINK