STOP DIBODOHI TERORIS !

Tadi ada sempat baca tulisan mengenai ada seorang muslimah bercadar yang diteriaki  STOP DIBODOHI TERORIS !
STOP DIBODOHI TERORIS

Tadi ada sempat baca tulisan mengenai ada seorang muslimah bercadar yang diteriaki "teroris" yang dimuat salah satu media kredibel. Secara moral mereka yang sembarangan menuduh itu sudah sangat mengkhawatirkan. Bagaimana mungkin, orang sebangsa dan setanah air, secara lancang dituduh sebagai teroris hanya karena pakaiannya ditiru teroris?

Bukankah perpecahaan seperti itu justru yang dikehendaki oleh para teroris untuk memecah belah bangsa dari dalam? Bagaimana tidak? Hanya dengan beberapa teror di suatu tempat, dengan narasi diskriminasi, orang-orang secara nasional dibuat merasa curiga kepada orang tak berdosa hanya karena menggunakan atribut yang ditiru oleh teroris. Hasilnya, mereka yang beratribut sama, menjadi korban diskriminasi, contohnya: teriakan soal teroris kepada mereka, -katakanlah- muslimah yang bercadar.

Secara moral, itu sakit. Bagaimana mungkin, perbuatan musuh dijadikan acuan dalam membenci bangsa sendiri? Apa mungkin kita akan membenci orang-orang sebangsa yang memasang bendera merah putih di halamannya, atau memasang lambang negara di dinding rumah mereka, hanya karena teroris itu membawa-bawa atribut yang sama, saat melakukan teror di tempat-tempat vital negara?

Bila teroris memang ingin eksis, dengan identitas, pakaian dan apapun yang dibawanya, tentu tujuan mereka meneror, tidak akan menyulitkan orang-orang yang berpenampilan seperti mereka.

Tapi, faktanya, justru setelah kejadian teror, seringkali narasi diskriminasi terjadi kepada mereka yang tak berdosa hanya karena atributnya serupa. Bagaimana mungkin dalang terorisme yang melakukan teror berulang kali melalui anak buahnya tidak tahu, dan membiarkan dampak diskriminasi yang juga merugikan mereka seperti itu?

Secara logis, justru mereka yang mendiskriminasi, adalah mereka yang tercuci otaknya oleh kelakuan teroris, untuk membenci bangsa sendiri yang tak berdosa hanya karena memiliki atribut yang sama. Karena bila tujuan terorisme adalah tentang eksistensi maupun kejayaan atribut, tentu dalang mereka, tidak akan menyuruh anak buahnya berulang kali melakukan keteledoran dengan menggunakan atribut tersebut, yang justru setelah itu, malah menyulitkan orang-orang untuk menggunakan atribut yang sama.

Mestinya bangsa kita saling toleran, bersimpati kepada orang-orang yang bercadar, berjanggut, celana cingkrang, bersarung, bergamis, berjilbab, meninggalkan riba secara nasional, di media-media, atau dimanapun tanpa ada diskriminasi, untuk memastikan kepada dunia bahwa mereka yang menggunakan atribut-atribut itu bukan teroris, justru mereka yang dipersulit itu juga merupakan korban teror, karena tujuan teroris tentulah mempersulit, tidak mungkin mempermudah orang yang diteror. 

Apabila kita mengikuti narasi teror seperti itu, justru jalan pikiran kita didikte oleh dalang teroris untuk membenci bangsa sendiri. Sebab, dengan kita membenci hanya karena dasar atribut, maka secara gak langsung kita mendukung teroris itu untuk meneror orang-orang yang menjadi korban teror hanya karena memiliki kesamaan atribut. Padahal secara logis, atribut tidak ada hubungannya dengan kejahatan apapun.

Jadi bagaimana mungkin kita membenci orang yang memasang bendera merah putih di halaman rumah mereka, hanya karena teroris meniru, dengan membawa-bawa bendera itu, saat melakukan teror? Bukankah yang memasang bendera itu juga merupakan korban terornya, untuk kita benci, hanya karena teroris menirunya? 

-Selain sebab senjata mainan- Mungkin dalang teroris itu memang benar-benar bodoh, keliru, salah perhitungan, sehingga perbuatan yang berulang kali mereka lakukan, malah justru meneror dan menyulitkan orang-orang menggunakan atribut yang sama.

Tapi jelas, yang lebih bodoh dari itu adalah mereka yang tercuci otaknya, untuk mengajak orang-orang untuk memusuhi bangsa sendiri, hanya karena atribut mereka disalin oleh teroris. Karena disitulah titiknya, teroris menang hanya dengan bermodalkan senjata mainan. Jadi #StopDibodohiDalangTeroris

By Muhammad Iqbal,
A Natural Philosopher

Share Artikel: