TUNTUTLAH ILMU atau HUTANG ke Negeri China?

TUNTUTLAH ILMU atau HUTANG ke Negeri China TUNTUTLAH ILMU atau HUTANG ke Negeri China?
TUNTUTLAH ILMU atau HUTANG ke Negeri China?

Semoga gak ada yang salah paham baca judul berita ini. Seperti biasa, kalau Prabowo udah bicara pasti bakalan jadi kehebohan. 

Saat China menerapkan hukuman mati bagi koruptor, kadang saya mikir kenapa negara kita gak meniru apa yang dilakukan China pada pemberantasan korupsinya. Kenapa kita gak mengambil sisi baik dari pemerintah China?

Tau kenapa China bisa mengembangkan produk UMKM mereka sampai merambah dunia pemasarannya? Itu terjadi karena dukungan pemerintah China pada perekonomian rakyatnya. 

Usaha-usaha rumahan mendapatkan fasilitas untuk mengembangkan produksinya. Mulai dari pelatihan, pendampingan sampai memproduksi, kemudahan modal usaha, dan membantu pemasaran dengan membina kerjasama dengan negara lain. 

Jangan heran barang-barang di marketplace saat ini, boleh dikatakan 80% barangnya adalah made in China. 

Seperti kata Prabowo, 50 tahun lalu angka kemiskinan di China adalah 99%. Hanya 1% masyarakat China diatas angka kemiskinan. Dalam kurun waktu 50 tahun, pemerintah China membalikkan angka tersebut dengan menyisakan gak lebih dari 1%. 

Mengutip data Bank Dunia, angka kemiskinan China pada tahun 2000 masih di posisi 49,8 persen. Jumlah itu terus menurun drastis menjadi 0,6 persen di 2019, sebelum pandemi COVID-19 mencuat dari negara ini dan merebak ke berbagai negara di dunia.

Datanya dari Bank Dunia ya...😉

Apa yang dilakukan China sampai bisa menekan angka kemiskinannya?

Pemerintah China sejak 2010 menetapkan standar kemiskinan di pedesaan, yakni penduduk yang memiliki penghasilan minimal USD 2,30 per hari (Rp. 32.000). Angka ini bahkan lebih tinggi dari standar Bank Dunia yang mematok USD 1,90 per hari (Rp. 26.000).

Para pemimpin di daerah pun, berlomba-lomba menjalankan program pengentasan kemiskinan pemimpin nasional mereka. 

Pada 1990 ada lebih dari 750 juta orang di China yang hidup di bawah garis kemiskinan atau sekitar dua pertiga dari populasi. Pada tahun 2012 saat Xi Jinping memimpin pertama kali, jumlah penduduk miskin sudah menyusut drastis jadi kurang dari 90 juta jiwa. 

Pada laporan yang sama, The Washington Post juga mengungkapkan Pemerintahan Xi Jinping telah menggelontorkan 1,6 triliun yuan atau setara Rp 3.600 triliun untuk program pengentasan kemiskinan itu. 

Dana sebesar itu disalurkan sebagai bantuan produktif untuk masyarakat miskin, berupa pinjaman tunai hingga hewan ternak. Pelatihan UMKM, pendampingan dan membantu pemasaran hasil produksi mereka sampai ke negara luar. 

Tahun 2018 lalu, Samsung harus membayar ganti rugi ke Apple sebesar 7,5 Triliun karena menjiplak produksi mereka. Namun Apple tidak bisa menuntut ganti rugi pada perusahaan HP merk China. Padahal HP merk China menjiplak hampir 100% produk Apple. Tau kenapa alasannya? 

Semua itu karena peranan pemerintah China pada barang yang masuk ke negaranya. Khususnya perusahaan yang memproduksi barang unggulan. Mereka harus mendirikan pabrik atau perakitan di China jika ingin memasarkam produknya. 

Dengan jumlah penduduk 1,5 Milyar, China adalah pasar yang sangat potensial dalam memasarkan barang. Gak terkecuali perusahaan sebesar Apple. Menargetkan 1% saja produk mereka laku di China, itu sudah prestasi yang hebat. 

Apple akhirnya mendirikan pabrik di China. Disinilah peranan pemerintah China sangat besar dalam membangun perekonomian negaranya. Apple boleh mendirikan pabrik, tapi dengan syarat harus membocorkan komponen apa yang mereka pakai dalam barang produksinya. Artinya hak paten apple tidak berlaku di China. 

Hal ini yang membuat HP merk China, bisa meniru HP keluaran Apple. Khususnya XIAOMI yang mendapat julukan Apple made in China. 

Dan bukan hanya Apple saja yang harus merelakan hak patennya diperkosa oleh HP merk China, produk-produk ternama lainnya pun demikian adanya, ketika mereka membuka pabrik di China. Dan pemerintah China selalu melindungi perusahaan lokal mereka ketika berhadapan dengan perusahaan asing. 

Jangankan berperkara di negara mereka sendiri, saat berperkara di negara luar saja pemerintah China akan membela perusahaan lokal mereka dengan memberi ancaman perusahaan asing yang berperkara, akan dipersulit untuk berbisnis di China. 

Jadi jangan heran lagi kenapa China menjadi gudangnya product barang KW. Semua yang ada didunia, selalu ada foto copy'nya di China. 

Hal-hal ini yang seharusnya ditiru oleh pemerintah kita. Mengambil apa yang bagus dari China dan menerapkannya di republik ini. Tapi apa yang terjadi sekarang? Bukannya mengambil yang bagus, China malah dijadikan  tempat kita mengadu saat kepepet butuh pinjaman dan kekurangan modal dalam pembangunan. 

Indonesia bisa menjadi China kedua karena besaran jumlah penduduknya. Alih-alih memajukan ekonomi rakyat, negara kita malah memilih membangun PRASASTI dengan bantuan dari China. Bagaikan membangun rumah megah dan cantik, namun penghuninya kelaparan. 

Ada salah konsep dan inilah yang menjadi fokus Prabowo ketika berpesan tirulah China dalam membangun negaranya. Seperti kata bijak yang menjadi perdebatan karena dikatakan berasal dari sebuah riwayat..

"Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China"

Bukan carilah Hutang sampai ke negeri China. Saya setuju dengan Prabowo..👍

(By Setiawan Budi)

Share Artikel: