Emang Kenapa Kalo Syiah?
Emang kenapa kalo Syi**?
Tanya seorang teman beberapa waktu lalu di sebuah postingan. Ia misuh-misuh, menganggap saya berlebihan. Ia menuding saya sektarian. Hanya karena saya sering share soal penyimpangan-penyimpangan sekte yang ngaku bagian dari muslim satu ini.
Baginya, gak mungkin Syi** punya pergerakan membahayakan. Kalo persoalan aqidah di kalangan internal mereka saja kenapa gak dibiarkan saja?
Padahal persoalannya gak sesederhana itu. Syi** justru lebih bahaya dari ajaran sempalan yang terang-terangan. Di sini mungkin karena minoritas, jadi adem ayem. Tapi coba sedikit saja punya power, berkaca dari sejarah konflik Irak, Suriah, Yaman dan Afganistan. Kekisruhan di sana, peran mereka gak bisa dinafikan.
Mereka mainnya halus. Bukan cara-cara konvensional door to door bagi beras atau supermi. Mainnya banyak lewat propaganda literasi dan tulisan. Piawai meracik syubhat, membangun ideologi dari merawat dendam kesumat.
Di friendlist saya pernah ada teman, orang Makassar. Pinter nulis. Sebagaimana teman lainnya yang sudah klik dalam selera humor, asik dan nyambunglah. Malah saya pernah masukin namanya di salah satu buku saya. Belakangan, ia diterima kuliah di Iran, kalo gak salah dapat beasiswa dari Gom. Status-statusnya pun mulai berubah. Saya mulai ditag-tag di tulisannya, digiring bahwa ini cuma perbedaan Sunni-Syi** yang lumrah. Keyword yang mereka jadikan pembenaran biasanya adalah Deklarasi Amman. Akhirnya saya blok dengan bismillah.
Jangan salah loh ya, mereka juga punya pendanaan yang kuat. Merekrut penulis-penulis yang mereka anggap punya potensi dan bakat, untuk melebarkan sayap.
Ini screenshot chat lama, dari seseorang di inbox saya. Sebenarnya saya simpan bertahun-tahun buat arsip pribadi aja, takut menyusup benih-benih riya.
Tapi kali ini terpaksa saya keluarkan sebagai penguat tulisan. Jadi ceritanya ini dari seseorang yang ngajak gabung di proyek buku. Dari profilnya, sepertinya owner dari sebuah usaha travel. Mondar-mandir luar negeri, khususan Timur Tengah.
Awalnya saya gak curiga, tapi lihat postingannya kok dia sering share tulisan Dinsul dan beberapa tokoh penyinyir KSA lainnya. Maka mafhum lah saya bahwa ini bagian dari mereka. Gak pake lama, saya blok juga dengan bismillah..
300 juta di depan mata. Takut akutu, iman lemah, semua bisa berubah. Jadi mending dicegah sebelum keserimpet syubhatnya.
Kenapa gak dicoba jalani dulu, bang? Kan bisa stop di tengah jalan kalo gak cocok?
Nggak lah. Bahkan sebenarnya gak perlu dalam-dalam dipelajari, secara logika dan hati nurani saja, gak ada benernya ajaran sekte satu ini.
Melaknat ummul mukminin dan sahabat, nikah kontrak yang bisa mencelakai nasab, dari segi manapun gak masuk di akal sehat.
Belum lagi ajaran takiyah yang gak ada keren-kerennya.
(By Arham Rasyid)
*fb