Mereka tidak mau Taliban berhasil dalam penerapan Syariat
[PORTAL-ISLAM] Seorang pejabat kementerian Taliban ditanya apa syarat supaya perempuan bisa bersekolah lagi, saat ini, sekarang juga?
Pejabat itu menjawab, memang di sini semua serba rumit. Orang kota dan desa punya pandangan yang agak berbeda. Banyak hal sensitif. Untuk menyatukan dan mengayomi seluruh perbedaan pendapat diperlukan pembangunan dan insfrastruktur pendidikan dengan kebutuhan dana ditaksir 200-300 juta Dollar.
Bagi Taliban anggaran segini sangat besar. Harus disisihkan sedikit-demi sedikit dari kas mereka.
Taliban ingin perempuan memiliki sarana pendidikan sendiri yang eksklusif. Asrama, konsumsi dan jaminan keamanan transportasi. Model kelas khusus jika pengajarnya laki-laki. Sehingga tercipta kondisi dimana seluruh aturan syariat dipatuhi.
Jurusan juga dikhususkan sesuai potensi masing-masing jenis kelamin. Termasuk urusan bimbingan rohani mereka.
Taliban tidak mau membuka sekolah hanya untuk menampung pencari ijazah. Kuliah jurusan A, tapi kerja B. Atau kuliah tinggi-tinggi hanya buat modal kabur ke Eropa, lalu menjelek-jelekkan Taliban.
Mengingat Afghanistan adalah negara perang 40 tahun, miskin, tertinggal, dan kursi cuma sedikit. Maka lulusan harus dimaksimalkan sesuai kemampuannya.
Urusan yang sangat simpel sebenarnya. Cuma perlu biaya 200-300 juta Dollar. Uang rakyat Afghanistan yang dicaplok Amerika 7 miliar Dollar, dikembalikan 5% saja masalah selesai.
Tapi sayangnya ini bukan soal kemanusiaan dan kepedulian terhadap pendidikan orang Afghanistan, ini adalah soal penentangan ideologi karena Taliban menerapkan hukum Islam.
Sebagian masyarakat internasional lebih suka mbulet, berputar-putar demi melestarikan opini tendensius daripada menyelesaikan masalah ini. Opini pun cuma diambil dari 20-30 wanita Afghanistan dengan jilbab acak kadut yang hobi berdemo.
Mereka tidak mau Taliban berhasil dalam penerapan syariat, dimana perempuan diperlakukan berbeda dibanding konsep komoditas PAHA sekuler.
Jika Taliban sampai berhasil dengan syariat, lalu perempuan di sana bahagia, tak akan terbendung lagi propaganda pro syariat yang akan menggulung dunia Barat dan dunia Islam sendiri.
(Pega Aji Sitama)