[PORTAL-ISLAM] Bakal calon presiden dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan memenuhi undangan Diskusi Kebangsaan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia (UI), Depok, Selasa (29/8).
Pada kesempatan itu, Anies
menyindir praktik berdemokrasi dari rezim pemerintah saat ini. Menurut
dia, saat ini telah terjadi suatu otoritarianisme yang membawa ketakutan
berekspresi atau berpendapat dari rakyat.
"Suatu
negara demokrasi mengandalkan prinsipnya, trust, kepercayaan, tapi di
negara non demokratik, prinsipnya fear, ketakutan. Rezim-rezim otoriter
pasti menggunakan rasa takut untuk menjalankan kekuasaannya," kata
Anies.
Gubernur
DKI Jakarta Periode 2017-2022 itu menyatakan ketika rasa takut hilang,
maka sejumlah rezim otoriter tumbang. Dia pun mencontohkan beberapa
fenomena di dunia internasional, yang rezim otoriternya tumbang lantaran
rasa takut rakyat telah hilang.
"Begitu
rasa takutnya hilang, rezimnya tumbang. (Contoh) Arab Spring,
Philippines, Iran, Afrika Utara. Bahkan ketika 1997-1998, ketika fear
itu hilang, semua bergerak, maka rezim tumbang," bebernya.
Maka
dari itu, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini menyebut
alangkah berbahayanya bila dalam negara demokrasi yang muncul justru
ketakutan dalam berekspresi.
"Ketika
dalam demokrasi ada fear ini suatu tanda-tanda yang tidak sehat.
Kebebasan berbicara harus menjadi prioritas yang kita bereskan di dalam
tahun 2024 ke depan," ucapnya.
Dia
pun mendorong ketika ada pasal-pasal dalam peraturan perundangan yang
menghambat kebebasan berekspresi, maka sebaiknya segera direvisi.
"Kalau
ada pasal-pasal yang mengganggu kebebasan berekspresi sudah seharusnya
itu direvisi, yang dilindungi justru kebebasan berekspresi, bukan malah
menghalangi kebebasan berekspresi," pungkasnya.
Sumber: RMOL