Di Balik Foto Pertemuan Firli dan SYL
SEBUAH FOTO beredar di dunia maya. Dalam foto itu, Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Firli Bahuri terlihat duduk di sebuah kursi panjang bersama seorang pria. Wajah pria di samping kiri Firli itu membelakangi kamera. Namun perawakannya sangat mirip dengan mantan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.
Foto tersebut diduga diambil di Gelanggang Olahraga (GOR) Tangki di kawasan Mangga Besar, Jakarta Barat. Dugaan itu merujuk pada dinding hijau toska arena olahraga yang sesuai dengan warna dinding dalam foto. Dalam potret itu, Firli mengenakan pakaian olahraga, sedangkan orang yang mirip Syahrul memakai celana jins panjang dengan kemeja lengan pendek berpola putih-hitam.
Foto tersebut beredar pada Jumat kemarin dan mendapat perhatian dari masyarakat. Sebab, sehari sebelumnya, Syahrul datang ke Polda Metro Jaya untuk memberi keterangan sebagai saksi dalam dugaan pemerasan yang dilaporkan oleh masyarakat. Laporan itu tercatat dengan nomor LI-235/VII/RES.3.3/2023/Ditreskrimsus dengan tanggap 21 Agustus 2023. Adapun pihak yang dilaporkan adalah pimpinan KPK. Pemerasan ini berhubungan dengan perkara dugaan korupsi di lingkungan Kementerian Pertanian yang sedang ditangani komisi antirasuah.
Kepada Tempo, penjaga GOR Tangki membenarkan soal kabar adanya pertemuan antara Firli Bahuri dan Syahrul Yasin Limpo. Ia tidak ingat tanggal persisnya. Dia hanya menyebutkan ancar-ancar sebelum pemerintah mencabut status pandemi Covid-19 pada 21 Juni 2023.
Menurut penjaga itu, Firli datang lebih dulu untuk bermain bulu tangkis. Syahrul menyusul sekitar 30 menit kemudian. "Enggak main bareng, tapi ngobrol di dalam," kata penjaga itu saat ditemui Tempo, Jumat kemarin, 6 Oktober 2023.
Dia mengatakan Firli memang biasa bermain bulu tangkis di tempat itu. Selesai berolahraga, biasanya Firli beristirahat sebentar sambil memakan kudapan berupa rebusan singkong, jagung, dan kacang tanah. "Kalau beliau datang, saya selalu sediain itu saja,” katanya.
Dalam foto yang beredar di dunia maya, Firli dan Syahrul memang dipisahkan oleh jagung rebus dalam wadah transparan. Keduanya duduk di bangku panjang yang menempel pada dinding. Firli memakai pakaian olahraga badminton, sedangkan Syahrul memakai celana jins panjang dengan kemeja lengan pendek berpola putih-hitam.
Tempo berupaya meminta tanggapan dari Firli Bahuri ihwal foto tersebut. Namun dia mengabaikan panggilan telepon dan pesan instan yang dikirim Tempo. Namun sebelumnya dia menegaskan, pernah beberapa kali bertemu dengan Syahrul dalam acara resmi dan kedinasan, sedangkan pertemuan di luar pekerjaan belum pernah terjadi.
Firli membenarkan informasi bahwa dia rutin berolahraga untuk menjaga kesehatan tubuh. "Memang saya sering olahraga bulu tangkis, setidaknya dua kali dalam seminggu," kata Firli di kantornya, Kamis malam lalu.
Ihwal pimpinan KPK yang dilaporkan atas dugaan pemerasan, Firli dengan tegas membantah. “Saya pastikan itu tidak ada," ujarnya. Meski begitu, ia pernah mendengar ada pihak-pihak yang mengatasnamakan lembaganya meminta sesuatu kepada kepala daerah, menteri, hingga anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Firli memperoleh informasi tersebut dari Kepala Bagian Pemberitaan KPK Ali Fikri.
Kuasa hukum Syahrul Yasin Limpo, Febri Diansyah, mengatakan kliennya tidak pernah membahas dengan kuasa hukumnya terkait dugaan pemerasan oleh pimpinan KPK. Karena itu, dia belum bisa memberi tanggapan, termasuk tentang foto yang viral tersebut. “Saya dan tim sekarang berfokus pada substansi perkara penyidikan yang sedang berjalan di KPK,” katanya. “Tidak ada pembahasan tentang hal tersebut.”
Dua Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata dan Nawawi Pamolango, tidak menjawab pertanyaan Tempo tentang dugaan pemerasan oleh pimpinan KPK kepada pejabat di Kementerian Pertanian. Johanis Tanak dan Nurul Ghufron menyatakan tidak mengetahui adanya dugaan pemerasan tersebut. Begitu juga dengan juru bicara KPK, Ali Fikri. "Kami tidak akan tanggapi karena sama sekali tidak tahu," kata Ali. Ia juga memastikan penyelidikan perkara dugaan korupsi di lingkungan Kementerian Pertanian sejak Januari 2023.
Penyerahan Uang di Gelanggang Olahraga
Tempo memperoleh sebuah dokumen yang berisi kronologi pemerasan yang dilakukan oleh pimpinan KPK dalam penanganan perkara di lingkungan Kementerian Pertanian. Dalam dokumen itu tercatat, Firli Bahuri dan Syahrul Yasin Limpo bertemu di sebuah GOR bulu tangkis sekitar Desember 2022. Dalam pertemuan itu, diduga ada pemberian uang dari Syahrul Yasin Limpo kepada Firli Bahuri. Pemberian ini bertujuan meredam penyelidikan perkara korupsi di lingkungan Kementerian Pertanian.
Kronologi itu disebut-sebut disampaikan oleh seorang saksi yang sudah diperiksa Direktorat Reserse Kriminal Khusus Kepolisian Daerah Metro Jaya. "Kronologi itu sudah disampaikan ke penyidik," kata seorang perwira polisi di Markas Besar Polri, 5 Oktober lalu.
Dalam dokumen itu, Syahrul disebut lebih dari satu kali bertemu dengan Firli dalam urusan penanganan perkara di lingkungan Kementerian Pertanian. Pertemuan awal mereka diduga difasilitasi seorang perwira menengah di kepolisian berinisial IA pada akhir Juni 2022. Lewat IA pula diduga terjadi dua kali pemberian uang kepada seorang pemimpin KPK, masing-masing senilai Rp 1 miliar. Satu pemberian di antaranya diserahkan oleh seorang pejabat di Kementerian Pertanian berinisial MH kepada IA di belakang kantor Wali Kota Jakarta Selatan, pada Oktober 2022.
Pemberian uang itu terjadi ketika KPK tengah mengusut dugaan korupsi dalam berbagai kegiatan di lingkungan Kementerian Pertanian. Bagian Pengaduan Masyarakat KPK menerima laporan dugaan korupsi tersebut pada 2021. KPK kemudian menggelar ekspos perkara pada 13 Juni lalu. Dari gelar perkara inilah diputuskan kasus yang dilaporkan naik ke tahap penyidikan dengan tiga tersangka, yaitu Syahrul Yasin Limpo, Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian Kasdi Subagyono, dan Direktur Alat Mesin Pertanian Kementerian Pertanian Muhammad Hatta.
Dalam perkara tersebut, Kasdi dan Hatta diduga mengumpulkan uang saweran yang berasal dari potongan dana non-budgeter dan mutasi jabatan para pejabat di lingkup Kementerian Pertanian. Mereka lantas diduga menggunakan uang tersebut untuk kepentingan Syahrul dan keluarga. Beberapa hari setelah gelar perkara, satuan tugas penyidikan kasus ini mengajukan permintaan penerbitan surat perintah penyidikan (sprindik) terhadap ketiga orang tersebut kepada Firli Bahuri. Namun Firli tak kunjung menandatanganinya.
Sumber Tempo mengatakan Firli diduga sudah menerima sesuatu sehingga tidak segera menandatangani sprindik begitu gelar perkara penyelidikan usai. "Informasi yang kami dengar seperti itu," kata penegak hukum di KPK ini.
Sprindik terhadap Syahrul, Kasdi, dan Hatta baru terbit pada Selasa, 26 September lalu, yang diteken Wakil Ketua KPK. Ketika itu, Firli tengah berada di Korea Selatan. Ia dan rombongan bertemu dengan Komisi Anti-Korupsi dan Hak-hak Sipil (ACRC) Korea Selatan untuk mendiskusikan peningkatan kerja sama pemberantasan korupsi.
Kronologi dugaan pemberian uang kepada Firli sudah dimintakan konfirmasi kepada Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Ade Safri Simanjuntak; dan Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Trunoyudo Wisnu Andiko, Kamis malam. Namun keduanya tak bersedia menjelaskan karena sudah masuk materi kasus dugaan tindak pidana korupsi tersebut. “Untuk materi klarifikasi ataupun keterangan yang dimaksudkan belum bisa kami utarakan di sini karena proses penyelidikan sedang berlangsung," kata Ade Safri.
Ade Safri mengungkapkan bahwa tim penyelidik Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya sudah memeriksa enam saksi dalam perkara dugaan pemberian uang kepada Firli. Tiga saksi di antaranya adalah Syahrul Yasin Limpo; Heri, sopir Syahrul; dan Panji Harianto, ajudan Syahrul. Ade mengatakan Syahrul sudah diperiksa tiga kali sejak laporan pengaduan masyarakat dugaan pemerasan ini diterima jajarannya pada 12 Agustus lalu. Adapun surat perintah penyelidikan terbit pada 21 Agustus 2023.
Dewan Pengawas KPK belum memproses dugaan pemerasan dalam penanganan perkara korupsi di lingkungan Kementerian Pertanian. “Saya hari ini kurang sehat sehingga tidak ke kantor. Kemarin belum (pembahasan),” kata anggota Dewas, Albertina Ho, kemarin. Setali tiga uang, anggota Dewas, Syamsuddin Haris, juga mengatakan belum menerima laporan tentang dugaan pemerasan itu. “Saya baru baca dari media. Belum ada laporan ke Dewas,” ujarnya.
[Sumber: Koran Tempo, Sabtu, 7 Oktober 2023]