Jejak digital memang kejam
Oleh: Dimas Budi Prasetyo
Jejak digital memang kejam. Itulah kenapa, akhir-akhir ini banyak yang sedang “bertarung” dengan dirinya sendiri akibat jejak digital di masa lalu. Mencoba segala cara menyembunyikan, mengelak, menghindari.
Saya tahu, seseorang bisa berubah. Tetapi, jika berbicara karakter, manusia itu punya karakter masing-masing dan itu sangat sulit diubah. Seperti screenshot di atas yang saya ambil dari postingan seorang teman di IG ini.
Saya jadi paham kenapa dalam beberapa tahun terakhir, pekerjaan buzzer makin populer dan makin sering terdengar. Ya, karena memang dibayar mahal untuk menutupi "borok-borok" yang ada.
Sekali lagi, melihat fenomena kualitas manusia tanah air kita yang mengkhawatirkan, mempekerjakan buzzer memang jadi solusi yang jitu. Beri narasi kebohongan setiap hari, maka hal itu akan jadi kebenaran yang ditelan mentah-mentah oleh para manusia yang enggan berpikir kritis.
Saya jadi paham, ketika ada seseorang atau kelompok yang ingin membawa perubahan ke arah lebih baik, pada akhirnya mereka dijegal sana-sini. Karena jelas, mereka khawatir bahwa borok-borok itu akan makin terbuka jika orang-orang yang punya integritas memimpin negeri.
Meskipun sebenarnya banyak yang sudah tahu, bahwa borok itu mulai terlihat dan tercium bau. Karena sejatinya memang, bangkai tetaplah bangkai. Mau ditutup rapat dan disemprot pakai parfum paling mahal sekalipun, bangkai tetap akan berbau busuk.
Sekarang semua hanya soal waktu. Saya percaya kebaikan dan kebenaran akan selalu bertemu jalannya. Mungkin tidak sekarang, tidak dalam waktu dekat. Tapi kelak pasti kebaikan dan kebenaran akan menang.
Untuk sekarang, mari kita menikmati memiliki pemimpin seperti sekarang ini. Meskipun akan jadi pekerjaan berat menjelaskan ke anak-anak kelak, bagaimana bisa nasib bangsa diserahkan kepada pemimpin dengan kualitas seperti ini.
(Sumber: fb penulis)