Salam Fufufafa
Saya tahu, yang masak itu bukan Prabowo, bukan Menteri2nya, apalagi fufufafa.
Tapi hal2 begini jelas harus sampai ke Prabowo dan anak buahnya. Setiap sekolah harus berisik, komplain, kritis atas menu makanan yg mereka terima.
Inilah poin dari negara demokrasi. Ketika rakyat mengkritisi secara terbuka. Karena ayolah, alangkah ambyar kalian yang dikit2 baper saat MBG ini dikritisi, MBG itu WAJIB dikritisi karena puluhan trilyun duit rakyat dipakai. Kamu bayangkan jika 30% saja makanan2 ini tdk efektif, hanya kebuang, itu setara 20 trilyun sendiri. 20% sj dikorup, itu setara belasan trilyun.
Tapi, tapi, tapi kenapa nggak bahas sekolah2 yg sukses, yg bagus2. Biar adil dibahas juga dong. Jangan nyebar kebencian. Astaga, kamu pola pikirnya benar2 deh. Kamu melihat ini cuma soal benci, tidak benci, anak abah, bukan anak abah, kamu benar2 masih terjebak di Pilpres setahun lalu. Kamulah yg nggak move on. Ini tuh sdh jadi proyek nasional, maka tanggung jawab semua orang mengkritisi, agar terus ada perbaikan. Adalah tanggung jawab pemerintah memastikan semua sukses, bagus2. Itu tuh bukan prestasi, itu standar minimal. Pejabat2 itu sdh digaji, menikmati tunjangan, operasional, fasilitas.
Negeri ini tuh dik, dipenuhi oleh penjilat, Asal Bapak Senang, klaim bombastis. Kalian meleng dikit, ada yg telah mengklaim membangun 40.000 rumah. Jika tdk ada netizen yg sibuk membahasnya, wah wah, sudahlah di atas omon-omon, di bawah ABS, klop sudah. Trilyunan duit menguap entah apakah efektif atau hanya buang2 makanan saja.
Salam fufufafa.
*Tere Liye, penulis novel 'OMON OMON'