SDIT Mutiara Hati Buka Peluang Vokalis Sukatani Ngajar Lagi, Tapi Harus Keluar dari Band
[PORTAL-ISLAM] Novi Citra Indriyanti, guru di SDIT Mutiara Hati, yang juga vokalis band Sukatani, menjadi perbincangan setelah videonya klarifikasinya atas lagu berjudul Bayar, Bayar, Bayar viral di media sosial. Novi kini telah diberhentikan sebagai guru.
SDIT Mutiara Hati membenarkan memberhentikan Novi. Pihak sekolah menganggap Novi telah melanggar kode etik yayasan. Pemberhentian ini terjadi setelah Novi diketahui menjadi vokalis band Sukatani.
Pihak sekolah menyebut Novi masih punya peluang untuk kembali mengajar, dengan catatan ia berhenti dari aktivitasnya sebagai vokalis band sukatani.
Kepala SDIT Mutiara Hati, Eti Endarwati, mengatakan hubungan pihak sekolah dengan Novi masih terjalin baik, meski keputusan pemberhentian sudah diambil.
“Kami selama sejauh ini juga masih baik-baik saja, kemudian masih WA-an biasa, saling mendoakan, saling menguatkan, seperti itu,” kata Eti saat diwawancarai kumparan, Minggu (23/2/2025).
Menurut Eti, Novi bergabung dengan band Sukatani sejak 2022. Pihak sekolah sempat menyarankan agar Novi mencari komunitas musik yang lebih sesuai dengan lingkungan pendidikan.
“Saya tanya, kapan jenengan (Novi) bisa, mencari komunitas nyanyinya itu di grup yang mungkin komunitasnya lebih layak untuk anak-anak, seperti itu. Terus, mungkin di kafe, atau ngelesi ekstra kulikuler musik di sekolah. Memang beliau kan biasa ngajar nyanyi juga di anak-anak kami kalau mau lomba,” kata Eti.
Namun, Novi disebut belum bisa meninggalkan band tersebut karena alasan pendapatan.
“Tapi, dari beliau memang ini, ini mungkin pribadi, jawabannya, karena dari situ kami mendapatkan penghasilan yang lumayan besar, seperti itu,” tambahnya.
Meski begitu, Eti menjelaskan bahwa kesempatan Novi untuk kembali mengajar masih ada, dengan syarat melepas aktivitasnya bersama band Sukatani.
“Iya, karena ketika balik ngajar lagi, memang harus melepaskan itu, aktivitasnya di sana. Karena kami guru anak-anak sekolah dasar, nggeh,” ujar Eti.
“Kalau misalnya kita seorang guru hanya menyampaikan secara lisan, tapi katakanlah keteladanannya itu tidak ada, nanti kan ke anak-anak bagaimana? Katanya kan guru adalah di-gugu dan ditiru,” tambahnya
Pihak sekolah menekankan bahwa keputusan ini diambil demi menjaga kode etik guru dan keteladanan yang diberikan kepada para murid.
“Nah, itulah yang menjadi, kita kan punya kode etik guru yang harusnya memang dijaga, terutama dalam penampilan, kemudian dalam pergaulan, seperti itu,” tutupnya
(Sumber: kumparan)