Bukan tentang Merdeka, tapi solidaritas atas Ketidakadilan
Oleh: Fauzan Inzaghi (warga Aceh)
Mungkin sedikit diluar dugaan orang Aceh, jika teriakan merdeka Aceh, malah lebih masif diteriakan oleh netizen diluar Aceh, ini tentu ada sebabnya, berbeda dengan tahun 80-90an atau 2000-an, dimana berita cuma satu arah, hari ini masyarakat Indonesia, mulai memahami kenapa narasi ini ada, dan mereka paham kalau akar permasalahannya bukan Pemberontakan, tapi Ketidakadilan, jadi masalah akan selesai bukan dengan adu kuat perang, tapi memberi rasa keadilan bagi masyarakat di wilayah tersebut.
Jadi sebenarnya teriakan "merdeka saja" dari rakyat indonesia untuk beberapa wilayah yang pernah hidup dengan narasi ini seperti, Aceh, Papua, Maluku, dll, tidak dalam arti sebenarnya, itu majaz, mereka semua sebenarnya ingin persatuan, tapi itu bentuk dukungan untuk memberi Keadilan, dan sindiran yang mampu memberi peringatan keras bagi yang ingin mengambil untung di negara ini. Jangan diartikan secara harfiyah, karena ini bukan tentang merdeka, tapi solidaritas rakyat Indonesia atas ketidakadilan.
Itu karena sekarang semua daerah terancam dengan masalah yang sama, hari ini Aceh dengan 4 pulau di Singkil. Kemarin Papua di Raja Ampat. Sebelumnya ada pagar laut di Tangerang. Tahun lalu ada Rempang, kebanggaan melayu. Belum lagi ada Morowali di Sulawesi, tanah adat di IKN Kalimantan, ada juga tambang nikel di Halmahaera, Maluku. Dan semua orang tau, aktor dibelakangnya sama saja. Itu-itu saja yang muncul, dan nama itu juga yang selalu disebut dibelakang kasus ini.
Jadi masyarakat merasa, jika kami tidak mendukung saudara kami didaerah lain hari ini, maka besok adalah giliran kami, dan akan sangat menyakitkan jika saat kami yang kena, masyarakat daerah lain diam, maka dari itu, sebagaimana kami suatu saat butuh dukungan saat dizalimi, hari ini kami juga akan bersuara memberi dukungan bagi saudara kami yang sedang dizalimi. Makanya dari Aceh sampai Papua, saat ada yang berbuat kerusakan, mereka semua saling mendukung,
Jangan heran saat ada tokoh politik, yang mencoba menggiring opini dan mengadu domba, kalau permasalahan 4 pulau itu adalah masalaah antara masyarakat Sumut vs Aceh, masyarakat Sumut malah yang paling vokal mengatakan kalau mereka tidak terlibat dan bahkan mendukung rakyat Aceh dalam mempertahankan wilayahnya, masyarakat Sumut memberi tahu bahwa itu hanya kepentingan pribadi beberapa tokoh politik, yang akan mendapatkan keuntungan pencaplokan tersebut.
Baca Juga
- JANGAN KHAWATIR... Rudal-rudal dari Luar tidak bisa masuk dengan mudah ke Indonesia, ini alasannya....
- Puncak Pengkristenan Jawa terjadi pasca penumpasan PKI, komunitas abangan eks PKI memilih beralih ke agama Kristen karena Gereja melindungi mereka
- Yang satu pulang dengan rasa BANGGA, Yang satu pulang menanggung MALU
Mereka paham mereka hanya dijadikan tameng keserakahan elit, karena pada akhirnya yang untung dari pencaplokan ini bukan masyarakat Sumut, tapi elit, itu berdasarkan fakta yang terjadi sebelumnya, sebagaimana di daerah tambang lain, seperti Papua dan Maluku, dimana tambang hanya menambah isi kantong beberapa elit saja, bukan masyarakat bawah sekitarnya, padahal mereka paling berdampak atas kerusakan yang terjadi.
Karena fakta tersebut rakyat Sumut mengatakan bahwa mereka akan mendukung 4 pulau itu dikembalikan ke Aceh, dan mereka akan berdiri bersama rakyat Aceh, tidak bersama mafia elit politik yang mengatasnamakan rakyat Sumut. Jadi rakyat Sumut cukup cerdas untuk mengetahui, kalau yang ingin pulau itu masuk ke wilayah Sumut itu bukan rakyat Sumut, tapi elit busuk yang ingin mendapat keuntungan pribadi dari pulau tersebut.
Para elit itu sengaja membuat narasi adu domba, seolah rakyat Aceh akan bertikai dengan rakyat Sumut, padahal itu cara mereka untuk melindungi keserakahan mereka, dengan membawa tameng rakyat Sumut, dan masyarakat Sumut paham itu, makanya mereka menolak keras narasi yang kemungkinan dibangun Geng Oslo itu. Dan nada serupa juga diangkat oleh masyarakat diseluruh penjuru Indonesia, mereka merasa perlu menyuarakan permasalahan ini, karena mereka sadar, suatu saat kezaliman itu akan mengarah ke mereka.
Maka dari itu mereka memberi dukungan dengan memviralkan kasus-kasus tersebut, seperti kasus Raja Ampat, Rempang, 4 pulau Aceh, pagar laut, dll karena mereka tau, kalau keadaan negeri saat ini, no viral no justice, kalau ga viral maka ga ada keadilan. Jadi untuk melawan, salah satunya dengan cara memviralkan dengan cara yang benar. Salut untuk kekompakan netizen indonesia, tabik!!
(fb)