Sedih
By TERE LIYE
Sebagai penulis novel "RINDU" (novel tentang naik haji -red), saya sedih baca kasus ini.
Buat kalian yang tidak tahu, saya jelaskan dengan cepat kasus ini.
Jadi, tahun 2024, kuota haji kita itu 221.000. Nah, lantas Indonesia dikasih tambahan sama Arab Saudi, 20.000 jamaah. Signifikan sekali tambahannya.
Pertanyaannya, kemana seharusnya kuota tambahan ini diberikan?
Silahkan lihat tabel yang sudah dibuat. Ada 3 jenis jamaah di Indonesia. Reguler, Khusus/Plus, dan Furoda. Reguler dan Khusus itu dikelola oleh pemerintah visanya. Furoda, katanya dapat visa langsung dari Kerajaan Saudi.
Lihat antrian dan biayanya masing-masing jamaah.
Kalau kamu jadi Menteri, kemana kuota 20.000 diberikan? Yes! Secara logika ke jamaah reguler, kasihan antriannya panjang. Menurut UU, 92% jamaah reguler, 8% jamaah khusus. Masih okelah, mayoritas diambil jamaah reguler. Kalau saya sih, kasih semua ke reguler.
Tapi pada kenyataannya, 20.000 kuota ini ternyata dibagi 50:50. Aktual di lapangan? Lebih entahlah lagi. Dus, dari sinilah kasus ini berkembang.
Apakah ini korupsi? Apakah negara dirugikan?
Wah wah, kalau kalian tanya ke mereka, pasti lihai berkelit. Bilang waktunya mepet, lebih gampang kalau dikasih ke jamaah khusus. Negara tidak dirugikan. Tidak ada transfer uang ke kami. Dll dsbgnya. Panjang argumen fans-fans dan anak buahnya di kolom berita dan medsos.
Tapi ketahuilah, sejak haji di Indonesia itu diurus oleh pemerintah, justeru di sinilah kunci korupsinya.
Naik haji itu sungguh berat bagi jamaah Indonesia. Satu, biayanya mahal. Dua, antriannya luar biasa lama. Tapi di kepala orang-orang yang korup, justeru ini kesempatan dahsyat luar biasa. Saat orang lain repot, yuk mari saya bikin mudah deh. Kalian catat baik-baik, jika visa haji itu bisa dibeli, buanyak yg bersedia bayar Rp 100 juta hanya utk visa-nya saja. Dan itu bisa dibisniskan.
Pada akhirnya, yg bikin sedih adalah: ayolah, masa' gara2 beginian kita jadi berurusan hukum? Apa susahnya sih memutuskan sesuatu dengan prinsip2 terbaiknya. Pakai nuraninya. Pakai akal sehatnya. Tapi repot memang kalau ada kepentingan lain. Belum lagi jika 'cuan' terlibat.
*Tere Liye, penulis novel "RINDU", novel ttg naik haji masih naik kapal, dan tentu belum ada kuota2an

