"TOLERANSI SESUKAMU"
(Oleh: Ustadz Felix Siauw)
Aturan agamaku haruskan Muslim DIPIMPIN oleh Muslim juga, itu kau tuduh intoleransi, katamu itu tafsir yang salah, sementara kau sendiri berlagak jadi andal tafsir padahal agamamu bukan agamaku.
Giliran engkau merayakan keyakinanmu bahwa TUHAN LAHIR pada satu hari, kami yang membiarkan engkau merayakan sesukamu, engkau katakan tidak cukup, bagimu toleransi harus ikut-ikutan.
Al-Qur'an memberitahu kami pembeda insan yakni iman, maka yang tidak beriman yakni KAFIR, sekali lagi itu kau anggap sebagai intoleransi. Kau merasa keberatan atas istilah agama orang.
Tak cukup itu, engkau ingin mengobok-obok agama orang lain, mengatur-atur sesukamu, istilah kafir dilarang digunakan katamu, jika sudah begitu gres toleran, engkau selalu mau MENANG SENDIRI.
Kaprikornus toleransi yakni bila ikut aturanmu, sedangkan bila bertentangan dengan aturanmu maka itu intoleran. Dan sudah niscaya akan dilabeli tambahannya, radikal, anti-Pancasila, Anti-NKRI.
Baca Juga
- Berawal dari diskusi dari Isya hingga Subuh, akhirnya Felix Siauw masuk Islam
- Si paling radikal ngajarin si paling kafir dan si paling maksiat. Kira-kira hasilnya gimana tu?
- Seorang Syaikh di Arab memberi fatwa: Muslimah tundukkan pandangan, jangan terlalu banyak memandangi Abu Ubaidah! Jaga marwah kalian!
Bila Muslim bertahan pada aturan agamanya maka itu intoleransi, tapi bila mereka seenaknya memilih aturan, itu dianggap melindungi keberagaman, yang penting teriak dulu NKRI harga mati.
Begitu jadinya, protes atas kaum Nabi Luth, juga masuk intoleransi. Toleransi yakni bila engkau mau meninggalkan syariah Islam, meninggalkan keyakinan sebagai seorang Muslim.
Lha, bila itu semua diikuti, so niscaya tak ada lagi BEDAnya kita dengan yang bukan Muslim. Kalau begitu untuk apa kita bersyahadat? Itu sebetulnya yang mereka inginkan, NEGARA TANPA AGAMA.
*dari fb Ustadz Felix Siauw (27/12/2017)