Ngeri! Wartawan Senior Bongkar Angka-Angka, Gerakan, Dan Proyeksi Ke Depan Lgbt


LGBT: Angka-angka, Gerakan, dan Proyeksi ke Depan

By Asyari Usman
(Wartawan senior eks BBC)

Ada 3,000 pelajar di Batam yang menyukai sesama jenis. Pertanyaannya, mungkinkan mereka yang sebegitu banyak serentak mengidap kelainan gen? Di Sumatera Barat, sudah ada puluhan ribu laki-laki yang menjadi gay. Masuk akalkah mereka ini serentak terkena penyakit natural? Di Bogor, ada 2,672 laki-laki yang mempraktikkan sikap gay. Apa iya ribuan orang sanggup sama-sama mengidap penyakit bawaan lahir?

Di seluruh Indonesia, sesuai data Kemenkes tahun 2012, ada 1,095,970 laki-laki yang hidup dengan sikap seks sesama laki-laki (LSL atau Lelaki Seks dengan Lelaki). Ini angka lima tahun yang lalu. Hampir niscaya sudah bertambah ratusan ribu lagi. Perkiraan lain menyebutkan jumlah kaum gay setidaknya tiga persen dari total populasi Indonesia atau sekitar 7,000,000 orang.

Apakah mungkin sebegitu banyak laki-laki Indonesia mengalami penyakit orientasi seksual yang diidap secara alami? Rasanya tak masuk akal. Kalau begitu, apa kesimpulannya?

Tampaknya tidak ada ruang untuk berteori ke sana ke mari selain konklusi ini: bahwa pertumbuhan yang spektakuler jumlah kaum gay di Indonesia tercapai melalui gerakan penyebaran dan pengrekrutan yang dilakukan secara besar-besaran dan ‘organized’ (tertata rapi). Bukan penyakit bawaan, melainkan gaya hidup (life-style).

Karena itu, ada pihak yang memprediksikan jumlah laki-laki gay di Indonesia akan mencapai 10 juta orang dalam waktu yang tak terlalu lama. Sungguh mengerikan! Sungguh tidak sanggup dibiarkan. Seluruh elemen bangsa Indonesia harus ikut aktif mencegah epidemi gaya hidup yang sangat merusak itu.

Kita semua mustahil lagi berpangku tangan. Semua orang yang waras harus melaksanakan sesuatu dalam kerangka mengekang epidemi gay dan kemudian mengurangi jumlah yang telah terperangkap ke dalam gaya hidup yang menyimpang itu.

Perlu dicatat bahwa gerakan penyebaran gaya hidup gay (LGBT) didukung oleh dana internasional yang memang bertujuan untuk melegalkan keberadaan gay dan perkawinan sejenis. Di negara ini ada dua organisasi besar yang aktif melancarkan gerakan advokasi untuk LGBT.

Yang pertama, Gaya Warna Lentera Indonesia (GWL-INA). LSM ini tidak secara eksplisit menyebut diri sebagai pendukug gay tetapi mereka bermitra dengan 119 organisasi yang terkait dengan gay, eksklusif atau tidak langsung, di 28 provinsi. Yang kedua, LGBTIQ Indonesia. LGBTIQ yakni Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender, Intersex, Queer. Lebih luas lagi cakupannya. LGBTIQ yakni organisasi dan gerakan internasional untuk sikap seksual yang aneh-aneh.

Seberapa berpengaruh gerakan LGBT di Indonesia? Sangat kuat. Pada tahun 2013, Komnas HAM hampir saja menawarkan ratifikasi hak eksistensial kepada kaum gay sewaktu Komnas melaksanakan rapat paripurna yang membicarakan soal ratifikasi terhadap LGBT.

Kembali ke jumlah gay di Indonesia. Kalau jumlah resmi Kemenkes yang disebut di atas kita urai menjadi kekuatan rekrutmen mereka, maka akan didapat angka yang sangat angker perihal gerakan mereka. Di Indonesia ini ada 83,184 desa dan kelurahan. Pada 2012, jumlah gay 1,095,970. Dengan pertumbuhan 10% per tahun, berarti hari ini ada sekitar 1,500,000 gay. Itu berarti, di setiap desa atau kelurahan ada 18 orang gay. Ini jika dibagi rata.

Kalau dizoom ke provinsi-provinsi yang paling rawan, maka peta penyebaran (rekrutmen) gay semakin mencemaskan.

Sebagai contoh, Jawa Barat mempunyai 300,198 gay (2012); kini mungkin mencapai 400,000. Dengan jumlah desa dan kelurahan di provinsi ini 5,899, berarti di setiap desa atau kelurahan ada 67 laki-laki gay.

Jawa Tengah mempunyai 218,227 laki-laki gay (2012); kini mungkin saja mencapai setidaknya 300,000 orang. Dengan jumlah desa dan kelurahan di provinsi ini 8,576, berarti di setiap desa atau kelurahan ada 34 laki-laki gay.

Artinya, di dua provinsi besar ini kampanye penyebaran gaya hidup gay jauh lebih besar gaungnya dibandingkan dengan desa atau kelurahan di provinsi lain. Dan jika di kedua provinsi ini kita zoom ke kota-kota besar, berarti jumlah pegiat gay mencapai ribuan orang. Kenyataannya, di daerah perkotaanlah pertumbuhan populasi gay berlangsung dalam angka yang fantastik.

Bagaimana ke depannya? Dengan jumlah resmi versi Kemenkes itu saja, kita pastilah menghadapi PR yang cukup berat untuk mencegah perluasan gerakan LGBT. Apalagi jika jumlah mereka kini diyakini mencapai 3,000,000 plus kucuran dana dan tekanan internasional. Tentulah tak terbayangkan bahaya terhadap belum dewasa cukup umur Indonesia.

Kita tidak punya pilihan lain. Ancaman yang positif ini harus dihadapi dengan macam-macam cara. Alhamdulillah sekali jika negara bersedia turun tangan mengahadapinya. Kalau tidak, terpaksalah kita berlakukan konsep “vigilant” (waspada). Cara “vigilant” ini sama menyerupai Anda menghadapi kemungkinan maling masuk ke rumah Anda di malam hari.***


Share Artikel:

Related Posts :