[Kisah Nyata] Dahsyatnya Imbas Homoseksual Dalam Keluarga
DAHSYATNYA DAMPAK HOMOSEKSUAL DALAM KELUARGA
(by: Iramawati Oemar)
Berikut ini yakni KISAH NYATA, pengalaman pribadi dari salah satu teman FB saya, Neng Lifa, yang menuliskan testimonial pengalamannya ketika mendampingi seorang Ibu yang anak-anaknya menjadi korban kejahatan seksual dari pengidap kelainan homoseks.
Kesaksiannya yang ditulis di kolom komentar status FB saya sebelumnya, atas ijin yang bersangkutan akan saya rangkum dan tuliskan kembali, disertai opini pribadi saya.
Berikut kisah Neng Lifa :
👇👇👇
Tahun 2012 saya membantu seorang ibu yang minta tolong alasannya yakni anaknya yang berumur 3 tahun mengeluh sakit pada duburnya. Ketika kami bawa puskesmas ternyata anak tersebut disodomi oleh "pacar" bapaknya, yang diakui sebagai keponakan oleh sang bapak. Sudah 17 tahun yang katanya ponakan itu tinggal satu atap dengan mereka. Celakanya, selama 17 tahun ternyata sang bapak dan keponakan abal-abal itu yakni sepasang kekasih sejenis.
Yang lebih mengejutkan lagi, ternyata anak mereka yang pertama, ketika itu sudah berumur 16 tahun dan anak yang berumur 10 tahun turut pula disodomi. Kemudian kedua anak tersebut bermutan alias ketularan sikap menyimpang dan lalu menyodomi anak tetangga mereka.
Innalillaahi wa inna ilaihi roji'un...
Kami sudah berusaha membawa mereka ke TP2-TPA DKI bahkan ke kepolisian namun mentok, alasannya yakni si ibu harus mengeluarkan biaya visum sendiri yang tidak sedikit.
Juga tekanan dari suaminya. Belakangan, suaminya kabur bersama "keponakan" alias pacar sejenisnya.
Akhirnya kasus tersebut mengendap.
Dan yang paling menyakitkan bagi si Ibu, ia mendapat "hadiah" dari sang suami, Ibu itu terinveksi HIV AIDS.
Selama 17 tahun hidup bersama suami dan juga serumah dengan "keponakan" suaminya, Ibu itu sama sekali tidak melihat kejanggalan sikap suaminya.
Bahkan ia tidak tahu kalau kedua anaknya sudah usang menjadi korban kebiadaban nafsu syahwat keji (saya tak tega menulis nafsu binatang, alasannya yakni hewan saja belum tentu sebejat Itu) pacar si bapak. Jika saja anak bungsunya yang gres umur 3 tahun tidak menderita kesakitan, mungkin sikap iblis laknatullah dari bapak dan pacar sejenisnya itu akan terus berlanjut.
***
Itu gres sekelumit pola bahwa homoseksual yakni penyakit penyimpangan seksual, yang dampaknya sangat rentan menular kepada orang lain, meski masih dibawah umur sekalipun dan meski itu orang terdekat sekalipun.
Si kekasih gelap homogen dari bapak yang biseksual itu tidak cukup hanya melampiaskan nafsu syahwat bejatnya kepada laki-laki beristri yang "berselingkuh" dengannya, namun juga "memangsa" anak-anak dari kekasih sejenisnya. Tidak hanya satu anak, tapi hingga 3 anak. Tidak hanya yang sudah usia sekolah, yang balita pun diembat juga.
Bandingkan seandainya bapaknya berselingkuh dengan wanita lain, meski sama-sama tidak bisa dibenarkan dari sisi aturan agama maupun dari sisi norma sosial, maka perselingkuhan itu hanya akan terjadi antar si bapak dengan kekasih gelapnya. Tidak akan memakan korban anak-anaknya.
Andaikan pun kekasih gelap si bapak itu yakni wanita jalang yang tidak puas dengan hanya 1 kekasih gelap, maka ia akan berselingkuh dengan om-om lainnya, tidak memangsa anak di bawah umur.
Alangkah dahsyatnya kerusakan yang ditimbulkan oleh pasangan homoseks tersebut.
Setidaknya, ada 3 anak kandung dari pelaku biseksual yang jadi korban langsung. Belum lagi 2 anak yang sudah lebih dulu menjadi korban sodomi lalu ber'mutasi' menjadi pelaku, dengan men-sodomi anak-anak tetangganya. Entah berapa keseluruhan korban akhir "PENULARAN" sikap seks menyimpang kaum homoseksual.
Anak-anak yang seharusnya masih berperilaku normal layaknya anak seusianya, masih bisa mengontrol hasrat seksual yang sepadan bagi anak yang tumbuh kembang normal tanpa terpapar pengalaman seksual abnormal, telah berkembang menjadi predator bagi sesamanya, bagi anak seusianya.
Belum lagi si Ibu yang menanggung derita berlipat ganda. Sudahlah suami tertangkap berair selingkuh, menduakan dengan homogen pula, selingkuhan suaminya memangsa anak-anaknya, ia mendapat warisan penyakit HIV AIDS yang pengobatannya tidak murah dan tidak dijamin bisa sembuh, terakhir sang suami malah minggat meninggalkan setumpuk derita yang harus ditanggungnya sendiri.
Bagaimana nasib ketiga anaknya yang semestinya harus mendapat terapi dan pendampingan secara serius dan intensif hingga benar-benar bisa sembuh lahir dan batin. Luka fisik dan psikisnya harus diobati sebelum mereka tumbuh jadi remaja dan remaja yang buas dan menjadi predator berikutnya.
Para pembela, pendukung dan pembenar sikap LGBT, dengan dalih HAM, bersediakah mereka membentuk crisis center untuk membantu dan mendukung sepenuhnya para korban sikap menyimpang dari pelaku LGBT?!
Bukankah orang-orang yang telah mereka tularkan penyakit sosial itu bergotong-royong punya hak azasi juga untuk hidup normal tanpa dibayangi pengalaman pahit disodomi dan terpicu mensodomi orang lain lagi?!
Korban-korban berantai ini harus juga dilindungi HAM-nya. Makara jikalau ada pelaku LGBT yang merugikan orang atau anak yang tadinya normal, seharusnya ada yang menanggung kerugian itu, minimal secara bahan biar mereka bisa mendapat terapi dan rehabilitasi psikis yang memadai, yang tentunya biayanya tidak sedikit. Apalagi kalau secara fisik juga sudah terinfeksi HIV AIDS.
Dengan banyaknya kisah aktual korban kebejatan sikap kaum LGBT, masihkah menganggap LGBT fine aja hidup bebas dan tumbuh kembang di sekitar kita?!
Masihkah beropini itu bukan penyakit, hanya varian saja dari kecenderungan seksua!?!
Masihkah santai saja dan bisa 'nrimo' dan 'legowo' jikalau korban itu yakni keponakan anda, adik anda, anak anda dan orang-orang yang anda kasihi?!
Yakin anda akan bilang "gak masalah, anak saya disodomi kaum homo. Santai aja bro, itu bukan penyakit kok!"
Jika anda tak ingin orang terkasih menjadi korban LGBT, maka jangan pernah berkata "LGBT harus dilegalkan" atau "terimalah LGBT alasannya yakni itu bab dafi hak azasi manusia".