Simak Ini Alasan Mengapa Umat Islam Selalu Diusik


[PORTAL-ISLAM.ID]  Habieb Rizieq berpesan pada umat Islam di Indonesia, bersatu dalam ekonomi, hanya dalam hitungan hari kita dapat merontokkan kekuatan kaum kuffar.

Mengapa kita dihalangi untuk berkumpul kompak dalam satu barisan?

Sebab, ada yang ketakutan. Mereka sadar kalah jumlah dan sebetulnya tidak bersatu. Saat persatuan dan kekompakan kita terwujud, mereka sebetulnya tahu keamanannya terjamin. Sudah terbukti semenjak zaman kerajaan dulu. Tapi, terang saja kekuasaannya terancam dan dominasinya niscaya runtuh.

Mengapa kita dituduh ada broker kaya-raya yang mendanai aksi-aksi massif itu?

Sebab, ada yang ketakutan. Mereka sadar bahwa kita bekerjsama sangat kaya dan tidak perlu disumbang siapa pun. Bukankah selama ini mereka yang menikmati kekayaan kita itu? Mereka sangat paham, perusahaan dan toko mereka untung besar lantaran daya beli kita yang masih mampu memborong produk apa pun yang ditawarkan. Kalau sekedar ke Jakarta dua hari, naik pesawat pulang pergi, menginap di hotel dan makan di restoran, apalah artinya itu. Bahkan, kita masih mampu mengongkosi mitra dan saling mentraktir sekian banyak orang yang hadir!

Mengapa kita dicitrakan intoleran hanya lantaran menentukan berbelanja di toko milik sesama muslim?

Sebab, ada yang ketakutan. Mereka sadar bahwa tanpa konsumen muslim perekonomian mereka niscaya gulung tikar, dari hulu hingga hilir, offline dan online, jasa, retail, transportasi, keuangan, konsumsi, properti, agrikultur, farmasi, teknologi, pendidikan, kesehatan, fashion, media massa, travel, pariwisata, dan seterusnya.

Mengapa kita dipersoalkan dikala getol memperjuangkan jaminan produk halal?

Sebab, ada yang ketakutan. Sudahlah, siapa pun tahu problem simpel ini. Bahkan, bisnis-bisnis haram dan ilegal mereka, siapa yang mengkonsumsinya? Bukankah bisnis miras, narkoba, prostitusi, pornografi, rokok, yaitu ladang uang trilyunan? Dan, mereka membidik kita pula sebagai pasarnya. Jangan heran kalau seorang kafir yang tidak secuil pun cita-cita menjayakan Islam ikut-ikutan memasang label “syariah” dan “halal” pada bisnis dan produknya. Tidak sulit memahaminya.

Mengapa kita difitnah sebagai pemecah belah NKRI?

Sebab, ada yang ketakutan. Jika kita melek dan bicara lantang wacana kenyataan negeri ini, agenda-agenda kedaluwarsa mereka niscaya terbongkar dan khatam cukup hingga di sini. Mereka tahu, yang menyatukan Nusantara justru kaum muslimin. Dari Sabang hingga Merauke, NKRI eksis lantaran ukhuwah islamiyah terjaga. Lucu kalau dituduh sebaliknya.

Mengapa kita dilabeli “ditunggangi kepentingan politis”?

Sebab, ada yang ketakutan. Politiklah sentra dominasi mereka, lewat kebijakan-kebijakan yang mereka setir sesuai jadwal kelompok dan interesnya sendiri. Bila kita masuk ke medan tempur itu, strategi “pintu belakang” mereka niscaya tertangkap berair dan seret. Hanya lantaran maraknya suap dan praktik kotor saja maka rakyat disengsarakan oleh pemerintahnya sendiri. Maka, yang mereka takuti bukan sistem khilafah atau sistem politik apa pun itu, tapi para pejabat dan politikus higienis yang tidak dapat disuap dan berpihak pada rakyatnya. Terbukti, sebetulnya mereka dapat berhubungan dengan komunis, sosialis, sekuleris, animis, demokratis, atheis, raja, presiden, kaisar, kepala suku, lurah, camat, bupati, walikota, gubernur, menteri. Everybody. Mereka tidak peduli agama dan moral. Tuhan mereka duit dan syariat mereka menghalalkan segalanya.

Mengapa kita diberi stigma negatif kalau rajin ke masjid, gemar mengaji, suka berinfak, dan menutup aurat dengan sempurna?

Sebab, ada yang ketakutan. Bagaimana pun, penyebab populernya gaya hidup mereka yaitu lantaran jauhnya kita dari agama Allah. Hanya kedekatan kepada Yang Mahakuasa yang dapat membuka tabir yang mengurung mata dan hati kita, sehingga ada furqan: mana haq mana bathil. Saat itulah, mall mereka akan sepi, buku dan film fiksi mereka tidak laku, bank mereka kurus-kurus, dan bisnis maksiat mereka sepi peminat. Kita tidak butuh lagi kepada jasa yang mereka tawarkan, lantaran yang Yang Mahakuasa berikan sudah lebih dari cukup dan yang Dia janjikan tak terhingga banyaknya.

Mengapa ulama kita yang tegas berdakwah dan lantang menyuarakan aspirasi umat dibungkam dan dipersekusi?

Sebab, ada yang ketakutan. Umat ini taat kepada ulama. Itu warisan kultur Islam di mana pun. Dan, bila kita mendengarkan bimbingan mereka dalam meniti kehidupan ini, kepentingan dan jadwal mereka terancam surut bahkan bubar. Segala upaya mereka tempuh semoga umat tetap terjauh dari ulama, tapi erat dengan artis-artis fasik dan pengumbar nista.

Mengapa?

Ya, alhamdulillah, kita kini semakin mengerti. Ya Allah, teguhkan dan asuh kami melewati ujian ini.


Penulis: Alimin Muhtar (praktisi ekonomi umat di Malang, Jawa Timur)

Share Artikel: