La Nyalla Yang Gampang Menyala Alias Sumbu Pendek


[PORTAL-ISLAM.ID]  Semua kejadian ada hikmahnya. Dalam hal La Nyalla Mattalitti (LNM) yang marah-marah sebab tak jadi ikut pilgub Jawa Timur, hikmahnya yakni bahwa politisi kader Gerindra itu terbilang hampir tak punya sumbu. Alias, sumbu pendek. Dia praktis meledak-ledak. La Nyalla begitu praktis menyala.

Bagi Prabowo Subianto (PS), masalah sumbu pendek ini dapat dijadikan pelajaran biar di masa yang akan tiba perlu lebih hati-hati lagi dalam urusan biaya yang harus disediakan oleh seorang bakal calon yang ingin ikut pilkada. Bisa jadi La Nyalla menyangka uang 40 miliar yang harus disediakannya itu yakni untuk langsung PS. Padahal, uang itu akan dipakai untuk gaji para saksi di 86 ribu lebih TPS (tempat pemungutan suara) di seluruh Jawa Timur.

Rasanya, tak mungkin juga La Nyalla tidak tahu penggunaan uang itu. Tetapi, dapat jadi ia mengira bahwa sekitar 200 ribu saksi TPS tidak diberi uang makan.

Ke partai mana pun La Nyalla pergi, ia tidak akan dapat mengelakkan dana santunan untuk proses pilkada. Semua partai niscaya akan meminta dana untuk membiayai tahapan pilkada, terutama pada hari H pilkada tsb.

Setiap parpol memberlakukan syarat itu. Biar pun partai yang kaya raya, menyerupai PDIP, Partai Demokrat, Partai Golkar, dll. Bahkan, dapat jadi ketua umum parpol yang “tidak sekaya PS” akan mengenakan tarif yang berkali-kali lipat lebih tinggi dari sekadar biya saksi TPS. Sebab, ketum atau pemilik partai sudah biasa minta “uang mahar”. Semacam “uang hangus”-lah negitu.

La Nyalla termasuk diminta “tak banyak”, hanya 40 miliar rupiah. Kalau dihitung biaya-biaya lain, La Nyalla harus menyediakan sekitar 60 miliar untuk membiayai beberapa tahapan pilkada hingga hari pencoblosan.

Gerindra tidak hingga sebegitu jauh. Saksi hidup telah memberikan testimoni mereka. Ridwan Kamil (walikota Bandung) dan Sandiaga Uno (wagub DKI) menyampaikan bahwa PS tidak pernah meminta mahar saat Gerindra mengusung mereka.

Kita berharap biar LNM menyadari bahwa ia telah mengkhinati kekaderannya dengan menyampaikan PS meminta 170 miliar. Dengan menyampaikan itu, LNM tidak hanya sekadar murka sebab tak jadi ikut pilgub Jatim. Boleh jadi ada pihak lain yang sengaja ingin menjatuhkan nama PS lewat verbal LNM.

Semoga bukan itu tujuan pembeberan kejadian oleh LNM. Mudah-mudahan saja La Nyalla sedang membersihkan sumbunya yang pendek itu.

Penulis: Asyari Usman
Share Artikel: