Makjleb! Testimoni Untuk Ade Armando: Cara Berpikirnya Ugal-Ugalan Dan Sangat Menyeramkan
[PORTAL-ISLAM.ID] Sebenarnya, saya tak ingin membicarakan bagaimana cara Ade Armando membimbing keluarganya. Tetapi alasannya yaitu ada hal yang sangat menyeramkan, akibatnya saya mau ikut juga berkomentar.
Belum usang ini, pegiat media umum yang juga dosen UI itu mendeklarasikan “stand point” (pendirian, sikap) yang sangat mengerikan perihal mana lebih baik homoseksualitas, atheis (kekufuran), dan aneka macam bentuk kedurhakaan lainnya dibandingkan korupsi serta kejahatan-kejahatan “biasa”.
Dalam status Facebook-nya baru-baru ini, Pak Ade lebih-kurang menegaskan bahwa dia tidak akan murung kalau anaknya menyampaikan dia (si anak) telah menjadi gay atau lesbian. Bahkan, Pak Ade tidak murung kalau belum dewasa ia tak percaya pada agama.
Menurut Pak Ade, ia murung kalau anak-anaknya melaksanakan korupsi, mencuri uang rakyat, memperkosa, merampas hak rakyat, mengedarkan obat bius, merampok, membunuh, menipu rakyat dengan memakai agama, menindas hak asasi manusia, menindas kaum minoritas, menjadi rentenir, dsb.
Pertama-tama, sebagai sesama muslim, saya ingin memberikan sesuatu yang ibarat nasihat. Tetapi, maafkan saya kalau terasa sebagai pesan yang tersirat alasannya yaitu saya belum pantas menawarkan pesan yang tersirat kepada Pak Ade. Saya jauh di bawah Pak Ade dari segi mana pun.
Cuma, saya hanya terketuk membaca satu hal yang teramat mengerikan. Yaitu, pernyataan ia bahwa ia tidak akan bersedih kalau anak-anaknya tidak percaya pada agama. Kemudian, yang juga angker yaitu ketegaan Pak Ade menyampaikan bahwa ia tak murung kalau anak-anaknya menjadi gay atau lesbian.
Yang kedua, ucapan orang bau tanah itu dapat menjadi doa. Ini kata orang-orang tua. Bisa dipercaya , dapat tidak. Kalau pun dianggap dongeng, tetap saja ada sisi lain yang pantas dipikirkan. Yaitu, usulan Bagidan Nabi semoga kita mengucapkan hal-hal yang baik saja.
Nah, apakah menyampaikan “saya tak murung anak saya menjadi gay atau lesbian” dapat dianggap perkataan yang baik? Atau, apakah mengucapkan “saya tak murung kalau anak saya menyampaikan dia tak percaya agama” yaitu perkataan yang baik?
Saya kira, kedua pernyataan ini tidak ada yang baik. Saya percaya, orang yang tak paham sekali pun akan menyampaikan itu tak baik. Dan, bukan sekadar tak baik saja. Pernyataan ibarat ini mempunyai nuansa kesombongan. Ada kesan menantang Yang Mahakuasa SWT.
Lalu, apakah Pak Ade tak boleh sombong? Tak boleh menantang Yang Mahakuasa SWT? Tentu saja itu hak ia sepenuhnya.
Saya hanya ingin menyampaikan sesuatu yang mungkin dianggap tolol oleh Pak Ade. Tak masalah. Ini yang ingin saya katakan: bahwa korupsi, mencuri uang rakyat, memperkosa, menjadi rentenir, mengedarkan narkoba, dlsb, yaitu kejahatan yang sangat tercela.
Tetapi, kejahatan-kejahatan ini tidaklah lebih baik dari “tak percaya agama, tak percaya Tuhan, tak percaya ada Yang Mahakuasa SWT”. Boleh jadi juga kejahatan-kejahatan itu tidak lebih baik dari “menjadi gay dan lesbian”.
Bukankah tak percaya Yang Mahakuasa SWT berarti kafir? Apakah kekufuran terhadap keberadaan Yang Mahakuasa ‘Azza wa Jalla lebih mulia daripada korupsi, memperkosa, menjadi rentenir, dll?
Setahu saya, Yang Mahakuasa mengampunkan semua dosa kepada-Nya kecuali kekufuran dan kesyirikan. Pak Ade Armando dapat saja menyampaikan bahwa bahasa yang ia gunakan di status FB-nya itu yaitu bentuk sarkastik atau satire. Namun, ada usulan semoga untuk urusan Tauhid, janganlah disarkastikkan atau disatirekan.
Saya paham bahwa Pak Ade menciptakan status FB ibarat itu alasannya yaitu saking geramnya ia terhadap kejahatan-kejahatan yang merugikan rakyat. Yang merugikan orang lain. Sedangkan menjadi gay atau lesbian, bagi Pak Ade, tidak merugikan orang lain.
Tapi, tunggu dulu. Bukankah gerakan perluasan homoseksual di kalangan masyarakat yaitu perbuatan yang merugikan orang lain juga? Merugikan rakyat juga?
Dan, bukankah menjadi tak percaya Tuhan juga berdampak ke orang lain? Misalnya, anak Pak Ade yang tak percaya Tuhan tentu tidak percaya pada nilai-nilai Pancasila. Tak percaya pada tabiat Pancasila, dlsb.
Kemudian tak percaya halal-haram alasannya yaitu ini semua perintah Allah. Tak percaya pada kesepakatan nikah alasannya yaitu ini syariat Tuhan. Kalau anak Pak Ade yang tak percaya pada Yang Mahakuasa mengembangluaskan keyakinannya kepada orang lain, apakah nanti tidak merugikan keseluruhan tertib aturan dan tertib sosial yang ada?
Terakhir. Pak Ade Armando yang saya hormati. Janganlah sepelekan efek menjadi gay atau lesbian. Kalau Bapak tak percaya, silakan kini Bapak coba praktik homoseksual itu.
Penulis: Asyari Usman, mantan wartawan BBC