Perumpamaan Makjleb Untuk Najwa: Ilmu Tanpa Budbahasa Bagai Mencuci Baju Tanpa Dijemur, Bau
[PORTAL-ISLAM.ID] Ada sesuatu yang kurang baik ketika menonton talk show Mata Najwa kemarin malam.
Betapa tidak, Najwa Shihab lebih nampak ibarat pendebat daripada seorang presenter di hadapan Gubernur DKI Anies Baswedan yang diundang sebagai narasumber.
Najwa memberi pertanyaan tajam nan sensitif kepada Pak Anies terutama terkait penataan Tanah Abang, Becak, dan kegiatan hunian DP 0%. Namun ketika bersamaan, Najwa tak memberi kesempatan buat Pak Anies untuk menjawab dengan detail dan lugas, gres bicara setengah, Najwa ikut ngomong, ngasih pertanyaan lagi, dijawab lagi, ikut ngomong lagi.
Penonton di rumah hingga tak dapat memahami secara utuh apa yang disampaikan oleh Pak Anies alasannya terganggu selaan Najwa yang memotong-motong perkataan. Najwa seolah bertanya bukan untuk mencari jawaban, melainkan ingin mempermalukan narasumbernya. Akhlak Najwa Shihab dalam memperlakukan ‘tamu’ nya menjadi sangat nampak di mata.
Dan itu menjadi tidak benar, alasannya kegiatan kemarin bukan kegiatan debat melainkan talk show. Pak Anies dapat saja menciptakan gaduh ruangan itu dengan terus ngomong ketika Najwa memotong ucapannya, tapi Pak Anies paham ini bukan kegiatan debat, dan Najwa ialah presenter bukan lawan debat.
Tugas presenter hanya membawa kegiatan biar bagus, bertanya dengan kritis, kemudian mendengar jawaban. Cukup. Presenter gak boleh menyudutkan narasumbernya. Kalau ingin menyudutkan, harusnya ganti judul acara, jangan ‘talk show’ Mata Najwa, tapi ‘Debat vs Najwa’. Itu gres fair.
Sebab ada pertanyaan yang tidak dapat dijawab dengan durasi singkat, klarifikasi itu harus tuntas, dijelaskan mulai akar dilema hingga solusi. Pak Anies akan melaksanakan itu, tapi Najwa gak sabar. Cut cut cut..
Najwa ibarat lupa, penyelesaian dilema masyarakat gak dapat dijawab dengan cuma mikir semenit sambil duduk di atas bangku. Harus ada kajian lapangan, analisis, Forum Diskusi, dll.
Pak Anies begitu menghormati Najwa, sebagai pembawa acara, hingga ketika Pak Anies udah mulai nampak emosi alasannya ucapannya selalu dipotong-potong oleh Najwa, dia cuma bilang,
“Anda jangan begitu. Tolong kasih kesempatan saya bicara buat jawab pertanyaan secara utuh biar gak salah diinterpresati masyarakat. Kan Najwa sudah banyak ngomong tadi.”
Suara tepuk tangan di studio bergemuruh, Najwa cuma nyengir ke penonton.
Najwa lupa etika berbicara. Biarkan teman bicara menuntaskan perkataannya dulu, gres tanggapi. Ini rumus. Rasulullah pun mencontohkan hal ini ketika berdiskusi dengan para sahabat.
Nampak terang perbedaan perlakuan perilaku Najwa Shihab terhadap Pak Anies dengan ketika mengundang Bu Risma atau Pak Ganjar Pranowo, misalnya. Meski tetap dengan gaya kritis, namun Najwa masih terlihat sopan, tidak menyela ucapan narasumber.
Entah apa motifnya, yang terang perilaku Najwa kemarin malam menciptakan kita memahami bahwa tingginya ilmu tidak lantas menciptakan orang menjadi merasa lebih baik dan sombong, hingga menghilangkan kemuliaan sopan santun terhadap tamu.
Bukankah di pelajaran ta’lim muta’lim kita diajari harus mendahulukan sopan santun dari pada ilmu. Karena ilmu tanpa wujud sopan santun mulia bagaikan nyuci baju tanpa dijemur. Bau.
Penulis: Fitrah Ilhami