Talbis Iblis (Kedok Iblis), Yang Penting Menang…Yang Penting Mereka Tunduk


[PORTAL-ISLAM.ID] Tidak bakal zaman ini disebut edan kalau memang tidak diisi oleh kejadian-kejadian dan perilaku-perilaku edan. Satu aspek yang paling penting dan yang paling banyak memicu keedanan petaka ialah kekuasaan, entah itu dalam level internasional, nasional, RT sampai keluarga, kekuasaan ialah puncak dari kecintaan terhadap harta, wibawa dan dunia. Dalam kehidupan insan kekuasaan dan harta ialah domain dari pusaran obsesi insan tertinggi.

Sebelum Nabi Adam AS ditiupkan ruh oleh Yang Mahakuasa SWT, Azazil (kelak akan berubah namanya oleh Yang Mahakuasa SWT menjadi Iblis) sempat mengintip "prototype" badan Adam AS di surga. Bagai seorang kepetangan yang penuh dengan rasa ingin tau dan kedengkian, Azazil mengamati senti demi senti badan Adam AS yang masih berupa tanah sambil mencari cari "aib" dan kelemahan makhluq gres ini yang sanggup dieksploitasi untuk kepentingan dirinya.

Ternyata, betapa senangnya si Azazil (Iblis) ketika menemukan badan Adam AS mempunyai rongga, keberadaan rongga didalam badan Adam AS mengartikan bahwa huruf insan itu tidak bisa mengendalikan diri terhadap hawa nafsunya. Disini Azazil merasa bisa mengalahkan manusia.

Hal ini diungkapkan oleh ulama tabi'in terkemuka Imam Hasan Al Basri : فلما رآه أجوف عرف أنه خلق لا يتمالك . وقال : أما لئن سلطت عليك لأهلكنك ، ولئن سلطت علي لأعصينك (Al Bidayah Wa Nihayah ibnu Katsir) yang artinya: Saat Azazil menemukan bahwa bakal badan Adam AS mempunyai rongga maka ia tahu bahwa makhluq ini tidak bisa mengendalikan dirinya terhadap hawa nafsu, kemudian Azazil berkata ; Kalaulah saya yang berkuasa atas kau maka kau akan saya hancurkan, namun kalau kau yang berkuasa atas saya maka akan saya lawan.

Disinilah asal undangan keedanan dari sifat iblis yang ditransferkan kepada manusia, yaitu apa yang dinamakan dengan hasad, tasallut atau sering disebut sebagai al qahr.

Hasad berdasarkan Imam Raghid Al Asfahani ialah الحسد تمني زوال نعمة من مستحق لها ، وربما كان مع ذلك سعي في إزالتها yaitu impian semoga dicabutnya nikmat Alah SWT dari seseorang dan bahkan mengusahakannya. Adapun tasallut atau al qahr ialah sifat ingin menguasai dan mengendalikan orang lain. Istilah tasallut sendiri diambil dari perkataan Iblis ke bakal badan Adam AS sebelum ditiupkan ruh oleh Yang Mahakuasa SWT. Edannya Iblis ialah alasannya ialah ia rela masuk neraka demi menjaga ego dan gengsi melalui cara-cara yang tentunya licik dan jahat.

Sebenarnya penggambaran Iblis sebagai makhluq yang menakutkan dan menakutkan ialah penggambaran yang tidak menyeluruh (komprehensif). Seramnya rupa Iblis hanyalah sebagai bumbu dari sederhananya konsep dikotomi Kebaikan dan Kejahatan dalam wajah yang sangat awam. Ibnu Al Jauzi dalam kitab Talbis Iblis (kedok Iblis) menjelaskan betapa kedok Iblis itu terlihat manis, mulia, harum, pintar, terdidik, benar, terzalimi, lemah, lembut bla bla bla…semua pencitraan palsu itu untuk menjebak insan semoga menjadi edan melawan Yang Mahakuasa SWT baik secara sadar atau tidak. Agar insan menjadi kafir, syirik, takabbur, jahat, hasad dan bodoh. Yang pada dasarnya semua ialah "yang penting iblis menang", dari sini kita mengenal kelicikan Iblis yang suka bermain pencitraan dan membolak-balikkan fakta.

DR. Fuad Muhammad Musa menyebut inti dari Iblis itu ialah العداوة الأزلية (Al-'Adawah Al-Azaliyah = permusuhan abadi) terhadap manusia. Iblis menginginkan insan harus ibarat dirinya yang jelas-jelas akan dihancurkan Yang Mahakuasa SWT, sifat iblis itu tidak mau hancur sendirian ia mau insan ikut hancur bersamanya. Permusuhan antara Iblis dan insan ialah sebuah haq dan ini merupakan Sunnah keuniversalan Yang Mahakuasa SWT. Dalam Surah Fatir ayat 6 Yang Mahakuasa SWT berfirman:

إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا ۚ إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ

"Sesungguhnya syaitan itu ialah musuh bagimu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh(mu), alasannya ialah sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala."

Di zaman ini, para penguasa sudah semakin edan mengikuti jalan iblis, di Saudi dan Emirat sudah banyak ulama yang berilmu dan munsif ditangkapi, di Emirat sedang menginisiasi misi khusus militer untuk menguasai wilayah-wilayah di Arab yang berpotensi terjadinya demokrasi rakyat, berdasarkan media Deutsche-Welle Emirat mengeluarkan milyaran dollar untuk membentuk "murtazaqah" (mercenary, pasukan bayaran asing) untuk menempati pangkalan-pangkalan militer Emirat di Yaman dan Eritria untuk mencegah berkuasanya rakyat atas para diktator di Arab.

Di Saudi, baru-baru ini seorang pangeran terkaya di dunia disiksa habis-habisan oleh penguasa alasannya ialah disinyalir mempunyai korelasi dengan para pemikir dan aktifis demokratisasi di Arab. Di sini para ulama ditangkapi dan dikriminalisasi dengan sedemikian rupa untuk menakut-nakuti rakyatnya yang mau melawan kemauan pemerintah. Di sisi lain, pemerintahan ibarat itu berusaha menampakkan diri kepada publik awam bahu-membahu mereka ialah golongan yang dizalimi oleh radikalisme dan terorisme. Mereka menampakkan diri sebagai insan yang baik, saleh, terdidik dan cinta kepada sesama manusia. Itulah sikap "talbis iblis" yang dispesifikasikan oleh Ibnu al Jauzi.

Dalam kehidupan sehari-hari kita juga sering menemukan manusia-manusia "talbis iblis" yang mempunyai obsesi dan ambisi untuk berkuasa atas lainnya entah itu dalam skala kecil maupun besar dengan cara yang keji namun disembunyikan lewat pencitraan yang bisa mencuri dan menipu simpati banyak orang. Bagai Iblis yang mengelilingi bakal badan Adam AS sebelum ditiupkan ruh untuk mencari-cari kelemahannya, manusia-manusia ibarat itu benar-benar mengeksploitasi kelemahan dan kesalahan orang untuk kepentingan dirinya sendiri. Banyak manusia-manusia ibarat ini yang bersembunyi dibalik status sosial yang dianggap mapan dan baik dimata banyak manusia. Mereka akan tertawa bahagia dihatinya melihat saudara lainnya terkena petaka namun menampakkan kesedihan secara fisik luar kepada publik.

Hal ini kalau kita lihat dalam kehidupan kini sudah menjadi sebuah hal yang lumrah dan sering terjadi. Inilah yang dikhawatirkan oleh Ibnu Al Jauzi sebagai masyarakat yang sudah teribliskan, kalau sudah ibarat ini akan kemana kejelasan arah masyarakat kita yang sudah banyak dijangkiti oleh penyakit iblis ini? Masyarakat hanya tahu kalau iblis itu menyeramkan dalam film-film horor, namun mereka buta dan awam bahwa Iblis itu sebenarnya bisa berwajah baik dan ganteng.

(Mutawakkil Abu Ramadhan)

Sumber: fb penulis


Share Artikel: