@import url('https://fonts.googleapis.com/css2?family=EB+Garamond:ital,wght@0,400..800;1,400..800&display=swap'); body { font-family: "EB Garamond", serif; }

Duh! Kemenag Rilis Hukum Penggunaan Pengeras Bunyi Di Masjid


[PORTAL-ISLAM.ID]  Kementerian Agama Republik Indonesia melalui Bimas Islam mempublikasikan hukum penggunaan pengeras bunyi di Masjid.

Aturan meliputi ketika pelaksanaan Azan, Tilawah Al-Qur’an menjelang Sholat, pengajian dan Upacara Hari Besar Islam.

Berikut ini hukum lengkapnya.

ATURAN PENGGUNAAN PENGERAS SUARA;

Pengeras bunyi luar dipakai untuk Adzan sebagai penanda waktu shalat.Pengeras bunyi dalam dipakai untuk do’a dengan syarat tidak meninggikan suara.Mengutamakan bunyi yang merdu dan fasih serta tidak meninggikan suara

WAKTU SHOLAT SHUBUH:

Sebelum subuh boleh memakai pengeras bunyi paling awal 15 menit sebelum waktunya.Pembacaan Al-Qur’an hanya memakai pengeras bunyi keluar.Adzan waktu Subuh memakai pengeras bunyi ke luar.Shalat subuh, kuliah subuh, dsb memakai pengeras bunyi ke dalam saja.

WAKTU SHOLAT ASHAR, MAGHRIB & ISYA :

5 Menit sebelum adzan dianjurkan membaca Al-Qu’an.Adzan dengan pengeras bunyi ke luar dan ke dalam.Sesudah Adzan, hanya memakai pengeras bunyi ke dalam.

WAKTU SHOLAT DZUHUR DAN JUMAT :

5 menit menjelang dzuhur dan 15 menit menjelang waktu jum’at diisi dengan bacaan Al-Qur’an yang ditujukan ke luar, demikian juga bunyi adzan.Shalat, do’a, pengumuman, khutbah, memakai pengeras bunyi ke dalam.

WAKTU TAKBIR, TARHIM DAN RAMADHAN :

Takbir Idul Fitri/Idul Adha dengan pengeras bunyi ke luar.Tarhim do’a dengan pengeras bunyi ke dalam dan tarhim dzikir tak memakai pengeras suara.Saat Ramadhan siang dan malam hari, bacaan Al-Qur’an memakai pengeras bunyi ke dalam.

WAKTU UPARACA HARI BESAR ISLAM DAN PENGAJIAN :

Pengajian dan Tabligh hanya memakai pengeras bunyi ke dalam, kecuali pengunjungnya meluber ke luar.

DASAR HUKUM :

Intruksi Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomor KEP/D/101/1978 ihwal Tuntunan Penggunaan Pengeras Suara di Masjid, Langgar, dan Mushalla (Instruksi Dirjen Bimas 101/1978).


Rilis ini oun segera dikomemtari oleh warganet.